Minggu, 01 Mei 2011

hmm,, mari dibaca....

AKHIR PERSAHABATAN
                                                                                         Oleh : Lita Maisyarah Desy
"Menjadi teman baikmu adalah indah." Mendengar kata-kata itu membuatku kembali melayang kemasa lalu. Aku tergugu. Lamunan panjang ini tanpa sadar telah menguras air mataku, lagi dan lagi.
“Dina, doakan aku menang ya. Kemenanganku kali ini hadiah untuk kamu, untuk persahabatan kita," ujarmu sambil tersenyum kala itu. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya mengangguk lemah. Aku tahu protesku tak berguna. Aku menyerah. Kubiarkan kau pergi.
“Pergilah, semoga kau mendapatkan apa yang kau cari. Ingat aku selalu menantimu kembali,” aku tak kuasa menahan air mataku untuk tak menetes.
Kau memang selalu bercerita akan mimpi-mimpimu menjadi seorang pembalap. Aku bahkan sering kau ajak menonton dan menyemangatimu ketika kau bertanding. Walau aku tidak begitu tahu mengerti balap motor, tapi aku selalu mencoba menjadi pendengar yang baik kala kau tengah bercerita. Aku tahu balap motor adalah duniamu. Sirkuit adalah bagian dari hidupmu. Tapi jujur, aku tidak suka. Aku selalu ketakutan saat kau mengatakan akan mengikuti balap liar. Aku selalu tidak berani menontonmu bertanding, kawan. Aku terlalu takut menghadapi kemungkinan kau akan cedera. Dan ketakutan itu sangat menyiksa.
Hingga suatu ketika kau memintaku untuk hadir, menyaksikan balapan liar terakhir yang akan kau ikuti. Ya, kau akan berhenti menggeluti balapan liar itu. Bukan karena permintaanku, tapi keinginan dari dirimu sendiri. Kau tahu, aku sangat bersyukur atas anugerah Tuhan yang telah membuatmu memilih berhenti. Wujud rasa syukurku kepada Tuhan dan bentuk rasa terimakasihku kepadamu, aku menurut.
“Aku akan datang,” ucapku sambil tersenyum. Aku dapat melihat betapa matamu menyiratkan kebahagiaan yang yang dalam.
Tapi aku benci malam itu. Malam yang harusnya menjadi malam dimana aku akan melihatmu melepas helm dan berkata, “Aku takkan ikut balapan liar lagi, Dina”. Tapi itu semua belum sempat terjadi saat Tuhan memanggilmu. Kecelakaan itu telah merampasmu dariku, dari indahnya persahabatan kita. Aku tak dapat berhenti menangis. Ketakutanku selama ini telah menjadi kenyataan. Andai kau tahu, Dan. Andai kau tahu inilah yang membuatku tidak pernah mau menonton pertandinganmu. Aku takut kau mengalami hal yang pernah dialami kakak-ku. Ya, balapan liar jugalah yang telah merebut kakak-ku. Dia kecelakaan di lap terakhir karena menggilas kaleng bekas minuman ringan peot yang tercecer dijalan raya, padahal ia sudah hampir menang. Dia berada diurutan paling depan kala itu.
Kini kau terkulai lemah dipangkuanku. Kau mengalami pendarahan hebat dikepala. Sama persis seperti yang diderita kakak-ku dulu. Penyebab kau menderita kecelakaan itu bukan karena ban motormu menggilas kaleng minuman yang tercecer dijalanan tapi karena kau menabrak trotoar. Semua teman-temanmu yang lain menganggap kau ceroboh karena kau tidak melihat trotoar saat berada ditikungan tajam. Aku sempat heran, tapi kemudian aku menyadari kalau minus matamu mungkin meningkat. Ya, kau mengatakannya sendiri padaku beberapa hari sebelum kau memutuskan untuk berhenti balapan. Belakangan aku sadar, kau memutuskan berhenti balapan karena kau sadar, matamu sudah tak setajam dulu lagi dan tak memungkinkan untuk dipakai balapan
Aku terus memelukmu. Aku sungguh takut kehilanganmu, sahabatku.
"Bertahanlah, Dan. Sebentar lagi kita sampai dirumah sakit. Kumohon, bertahanlah," aku terisak-isak.
"Jangan menangis lagi, Dina... Aku tidak apa-apa. Terimakasih atas persahabatan indah yang rela kau jalin denganku. Menjadi teman baikmu adalah indah," kau berusaha tersenyum ditengah rasa sakit yang menderamu, berusaha menguatkanku.
Tapi perlahan genggaman tanganmu kurasa melonggar. Kau telah pergi dengan damai diperjalanan menuju rumah sakit.
Dani, jika kau melihatku dari atas sana, aku ingin kau tahu, menjadi sahabatmu adalah indah.