Jumat, 28 Desember 2012

5 cm. : Lima Senti Meter Di Depan Kening Kamu!



5cm. Aku pernah lihat bukunya di Gramedia. Covernya warna merah tanpa ada ilustrasi apa-apa. Anehnya, aku tidak menyentuhnya sama sekali. Padahal, hampir semua novel yang nyastra pasti gag pernah luput dari tanganku. Minimal untuk membaca sinopsisnya. Novel ini terlewat mungkin karena covernya yang bagi mataku yang amatiran ini kurang menarik atau karena judulnya yang terlalu ambigu. Entahlah.

Tapi sejak tanggal cantik 12-12-12, peluncuran 5cm. dalam format film, perhatianku sontak tersedot. Dan akhirnya kemarin, keinginan nonton film ini kesampaian juga. Berikut resensinya. ^_^

Film 5cm. yang diadaptasi dari novel best seller karya Donny Dirghantoro yang sudah memasuki cetakan ke 25 pada bulan Desember 2012 ini menceritakan tentang lima sahabat yang sudah sangat dekat selama sepuluh tahun. Tidak pernah melewatkan weekend tanpa nongkrong bareng. Mereka adalah Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji). Kelima sahabat ini punya keunikan masing-masing. Mulai dari Zafran yang puitis, sibuk merayu Dinda, adik Arial, tapi tak pernah bersambut karena sifat Dinda yang terlalu datar. Arial, cowok berbadan oke tapi grogian kalo ketemu cewek dan kebiasaannya membawa kecap kemana-mana hampir melunturkan tingkat ke-macho-annya. Ian, si gendut yang doyan banget makan mi, nonton bokep, sama gag lulus2 kuliahnya. Sampai Genta dan Riani, yang terkena loving friend syndrome, tapi sama2 gag pernah berani untuk ngungkapin karena takut akan kehilangan sosok sahabat itu sendiri.

Ceritanya dimulai waktu Genta ngusulin untuk mereka pisah dulu selama beberapa waktu untuk menghilangkan ‘jenuh’ yang tanpa terasa sudah mengiringi hari-hari mereka. Riani sempat gag setuju, tapi dengan dikuatkan oleh keempat sahabatnya, Riani akhirnya setuju.

Kemudian disepakatilah mereka tidak ada kontak sama sekali selama tiga bulan, dan pada tanggal yang sudah ditentukan, mereka bertemu di stasiun kereta. Menuju suatu destinasi yang kata Genta gag akan pernah mereka lupakan seumur hidup. Dan destinasi apakah yang dimaksud Genta? Yup, mendaki gunung tertinggi di daratan Jawa, Gunung Semeru.

Ada satu rasa yang menjalar-jalar dihatiku kala menyaksikan kelima sahabat ini akhirnya bertemu di stasiun kereta. Saling mengungkapkan kangen masing-masing. Chemistry yang mereka ciptakan sangat terasa. Kerenlah pokoknya. Dan kali ini mereka tidak hanya berlima, Dinda, adik Arial turut serta. Jelas saja ini membuat semangat Zafran menggebu-gebu. Di dalam kereta, Zafran sempat beradegan romantic dengan cewek ini. Dengan sok romantic, Zafran mengajak Dinda menyaksikan pemandangan dari pintu kereta. Dengan melongokkan kepala dan separuh badan keluar. Menikmati anak angin yang menampar-nampar wajah.

Well, perjalanan yang sebenarnya dimulai ketika mereka sudah di kaki gunung Semeru. Dengan tekad kuat, mereka mulai mencetuskan semangat masing-masing. “Untuk sampai disana, kita hanya butuh kaki yang lebih lama berjalan dari biasanya, tangan yang bekerja lebih keras dari biasanya, mata yang menatap lebih lama, dan mulut yang senantiasa berdoa.” Untuk yang ini aku gag ingat persis redaksi kalimatnya. Hehehe. Yang jelas waktu mereka mengucapkan, kalimat itu seperti mantra, punya kekuatan yang bisa menghantarkan mereka ke puncak gunung Semeru. Sambil meletakkan jari telunjuk lima senti meter di depan kening masing-masing, mereka mulai menjejak.

Medan yang mereka lewati benar-benar berat. Pasirnya tidak boleh dipijak terlalu kuat, karena di khawatirkan akan bergeser, abu vulkanik yang tebal, sampai kemungkinan batu-batu yang berjatuhan dari atas. Tapi dengan keinginan kuat, dengan tekad yang sudah digantungkan lima senti meter di depan kening, mereka akhirnya bisa menjejakkan kaki di puncak Semeru. Menyaksikan samudra di atas awan dan yang paling penting mengibarkan sang saka merah putih di puncak Semeru.

Di puncak ini, akhirnya mereka menemukan cita dan cinta mereka. Ending yang sulit di tebak. Di awal kisah, Genta dan Riani dibuat seolah menyimpan perassaan berbeda diantara keduanya. Saat Genta mengutarakan, yang dengan penuh perjuangan banget, Riani malah menolak.

“Bukan kamu, Ta. Bukan kamu yang ada di hati Riani. Nama itu Zafran.”

Kalimat Riani sontak membuat Genta kaku. Diam dalam pelukan Riani yang ternyata menyukai Zafran. Serunya, Zafran ternyata mendengar kalimatnya. Dan ternyata Riani-lah alasan Zafran untuk terlahir di dunia. Dan Dinda, ternyata malah menyukai Genta, bukan Zafran. Bingung? Nonton aja deh langsung. :D

Kekurangannya, film ini sedikit lebay saat menggambarkan perjalanan mereka menuju puncak. Mereka berlima berjalan tanpa bantuan tali sama sekali. Padahal jelas, mereka amatir dalam hal mendaki. Jadi kesannya maksa banget. Sampai saat ini, saat aku mengingat-ingat film yang kutonton kemaren itu, baru itu kekurangan yang kutemui.

For The Last, Film ini bagus dan recommended banget buat kamu-kamu yang haus film berkualitas dan sarat pesan. Rizal Mantovani, sang sutradara berhasil membuat film yang memamerkan keindahan alam Indonesia, menciptakan chemistry kecintaan pemuda pada bangsanya, dan menyiratkan bahwa dengan tekad kuat setinggi apapun impian kita, tak ada hal mustahil.[]

Senin, 24 Desember 2012

Mari Menjadi Hamba Yang Bersyukur :)

Bismillahirrahmanirrahim..

Bicara tentang nikmat sehat, itu adalah hal yang gag mungkin bisa kita pungkiri lagi berkahnya. Nikmat sehat adalah hal yang umumnya kita pinta dalam setiap doa. Terlepas itu kala sedang sehat, atau sedang terkapar sakit. Sayangnya, kerap kita tidak menyadari betapa nikmat sehat itu harus kita jaga. Kita terbiasa merasa baik, merasa fit untuk melakukan apapun yang kita inginkan. Menganggap kita akan baik saja meski sedikit sepele dengan kondisi kesehatan kita. Pada akhirnya menyesal sendiri saat nikmat sehat itu diambil. Meringis memohon agar Allah senantiasa mengangkat penyakit itu. 

Hellow??

Kenapa Allah harus peduli akan kesehatan lo kalo lo sendiri gag pernah peduli?

Ini renungan diri, kawan. Jangan merasa kalau aku sedang menggurui. Sama sekali tidak. Ini pure karena aku sedang ber-muhasabah. Menekuri apa saja yang sudah kulakukan sampai aku bisa mengabaikan kondisi kesehatanku. Mengabaikan kebutuhan jasmaniku sampai akhirnya drop

Ya, aku baru saja dianugerahi sebuah penyakit oleh Rab-ku. Penyakit yang kesannya gag parah2 amat, tapi benar-benar menyiksa. 'Masuk angin'. Penyakit yang kesannya amat sangat sepele. Itu pula yang kufikir kemaren. Nyatanya, penyakit itu sanggup ngebikin aku gag bisa tidur, bahkan sampe muntah2. Astagfirullah. Dan ujungnya jadilah adekku, Arif yang jadi suster dadakan. Ngebeliin obat, ngebeliin bandrek, masakin air manas buat kompres, bikinin minum, de el el.

Awalnya aku gag tau apa perkara sampai angin2 itu rebutan masuk ke badanku. Ternyata setelah diingat2, ketemulah jawabannya. Kemaren pagi aku gag selera makan, jadi sarapan itu udah jam 10 pagi. Nah, kalo sarapan udah sesiang itu, ya laper lagi kan pasti jam 3an. Selesai makan siang yang udah jam sore itu, aku makan mangga yang kuambil dari kulkas. Dan satu jam setelah itu, beraksilah angin2 nakal itu. Ketemu sebabnya? Yap, telat makan.

Sepele banget ya? Tapi itulah. Kita selalu menganggap sepele hal yang kita anggap gag akan merusak kesehatan kita. Padahal, kita tau, telat makan beresiko besar, diantaranya maag. Kalo masuk angin doang sih masih biasa. Nah, parahnya lagi, aku yang dulu pas esempe pernah mengalami penyakit asam lambung, malah dengan seenaknya saja nunda2 waktu makan. Ahh, aku ini !!!

Setelah dihadiahi penyakit itu, aku kemudian memohon agar Allah berbaik hati menyembuhkanku segera. Malu sebenarnya. Agaknya aku juga yang meminta penyakit ini menghampiri, sekarang aku pula yang meminta agar penyakit ini segera pergi. Ahh, Allah, maafkan hamba. T_T

Hikmahnya, Allah menganugerahi kita sakit agar kita lebih pandai bersyukur kala sehat. Bersyukur dengan menjaga kesehatan itu sendiri. 

Setelah ini, semoga kita bisa lebih menjaga kesehatan. Sakit itu, seandainya hanya kita saja yang merasakan, mungkin masih lebih baik. Tapi, bukankah saat kita sakit, kita lebih sering merepotkan orang lain? Iya untuk merawat kita, iya untuk menggantikan tugas kita, iya juga untuk membatalkan janji2 yang sudah kita buat dari kemarin2. Banyak pihak yang akan dirugikan. Untuk itu, ayo berjanji, mensyukuri nikmat sehat dengan menjaganya baik2. :)

Kamis, 20 Desember 2012

IMPACT OF THE BROKEN HEART


Bbbrrr…  !!!!

Ujan deres ini bikin aku kangen guling sama selimut tebelku di kamar. Pengen rebahan sambil ngebalut badan dan tidur sampe dzuhur. Tapi nyatanya sekarang disinilah aku, di ruangan kantor yang berisik karena suara hujan deras sambil menjamahi body item (baca : laptop), sambil sesekali diselingi dengan menguap.

Well, bukan itu yang ingin kubagi sebenarnya. Ada beberapa hal yang belakangan memenuhi benakku. Hal yang entah kenapa kurasa harus kutuang ke dalam aksara agar tak menyisakan gundah yang lama. Menulis adalah media relaksasi bukan? :)

Jadi kisah itu dimulai ketika aku dan beberapa alumni dan calon dewan penasehat LPM Dinamika IAIN SU temu ramah di Warung Steak and Shake. Menyantap makan malam sambil ber-haha-hihi. Eh, tidak, ketawa-ketiwinya itu dilanjutkan pas siap makan. Soalnya pas makan semuanya pada serius menekuri piring masing-masing (baca : kelaperan). Pas ber-haha-hihi itulah ceritanya berawal.

Mungkin untuk sebagian orang, menganggap pria yang merokok itu hal yang biasa. Lumrah. Tapi aku tidak. Nah, kemaren itu abis makan, ada abang2 yang nyalain rokoknya. Seingatku, dulu, si abang ini keknya gag merokoklah. Kok sekarang? Jadi, aku langsung nanya, “eh, dulu abang gag merokok, kan?” Dia menggeleng dan disambung dengan kalimat yang menjadi inti coretan ini, “semenjak di break sama kak A*ys.”

#OLALA..

Aku jadi teringat sama kisah adikku, Arif. Dulu, bocah ini *segede apapun badannya sekarang, dimataku dia selalu masih bocah* anti banget sama rokok. Gag pernah ikut-an temennya walaupun hampir semua teman2nya itu merokok. Dan semuanya berubah ketika dia mengenal hal lebay bernama ‘cinta’. Soalnya dulu, selain anti sama rokok, dia juga anti pacaran. Sampe waktu kakak kelasnya nembak, dia malah ketawa-ketiwi, nganggep itu cuman lelucon. Untung kakak kelasnya gag ngamuk2. :p

Tapi semuanya kontan berubah waktu dia menjadi wakil dari Sumatera Utara untuk olimpiade sains tingkat nasional di Jakarta. *bangga juga aku jadi kakaknya. Hahaha* Disana dia kenal seorang cewek yang juga menjadi wakil dari daerahnya, Jawa Barat bernama P*tri. Konon, cewek ini cerdas gilak, cantik pisan, solehah juga. Awalnya aku gag percaya sekalipun Arif udah nunjukin poto2nya. Soalnya pas kuliat, komentarku cuman, “oh, ini. Gag cantik2 amat.” Bukan gimana2 sih, tapi memang itulah opini-ku pas sekilas ngeliat. Tapi aku sontak percaya waktu si Ganjar dkk berkomentar kalo si cewek itu memang geulis pisan. Nah, jadi singkat cerita fall in love lah Bang Tigor (baca : Arif) sama dia. Setelah pada pulang ke kota asal masing2, mereka mulai kontak via udara. Begitu seterusnya sampai ternyata gurat takdir mempertemukan mereka lagi. *so sweet*

Setelah lulus di SMK, Arif diterima bekerja di PT. GSI SAMSUNG. Mereka yang lulus menjadi karyawan diberi pelatihan selama tiga bulan di Condet, Jakarta Pusat. Nah, berbekal teman-teman yang segera menjadi saudara, Arif pun berniat mengunjungi P*tri di Bandung. *ceilaa* singkatnya, bertemulah bereka di kampus UPI, tempat awewe’ ini mengais ilmu.

Setelah beramah tamah dengan si cewe, silaturahmi ke rumahnya dan ketemu uminya, si Arif petentengan minta diketemuin sama cowok si P*tri. *alamak* Singkatnya lagi, bertemulah mereka, ngobrol sebentar,  terus dan seterusnya gag begitu penting. Pokoknya Arif ternyata dihadapkan pada satu nyata bahwa P*tri sudah dimiliki orang lain. *bahasa gua*

Pas kutanya kenapa dia sok tau kalo P*tri udah punya cowok, dia cuman bilang, “ntah kak. Pokoknya aku kayak ngerasa aja. Dan ternyata betul.” Selepas itu semua, setelah say goodbye ke P*tri dan cowoknya, Arif yang kemaren di temenin sama Ganjar balik ke rumah Ganjar yang kebetulan memang di daerah Bandung juga. Disitulah adikku yang seperti kubilang, masih bocah itu merasakan untuk yang pertama kali dalam hidupnya akan getir bernama ‘patah hati’.
 
Dan, setelah itu pula ia kemudian berkenalan dengan hal yang paling kubenci sepanjang sejarah, ‘rokok’. Konon, patah hati itu katanya adalah hal yang paling sangat tidak menyenangkan dalam hidup. Sakitnya tak tertanggungkan. Aku sepakat. Toh aku juga pernah merasakan, dan opini itu memang tak terbantahkan. Tapi mungkin, sakit yang dirasa oleh adikku itu sedikit lebih banyak kuantitasnya. Soalnya, percaya atau tidak, gadis inilah yang telah merebut ‘the firs love’-nya adikku. Yang kemudian menyapanya di usia tujuh belas tahun.

Poinnya adalah, ternyata hal itu bisa membuat dua pria yang awalnya juga membenci malah menjadi pengguna. Separah itukah? Kedua pria inikah yang memang terlalu lebay mengekspresikan kesedihannya atau memang seperti itulah impact yang diberikan oleh luka yang disebabkan ‘patah jantung’ eh, ‘patah hati’?
Entahlah, yang kutahu, agaknya mereka berdua harus segera di-ruqyah agar sadar kalau apapun alasannya mereka tak pernah berhak menyakiti diri mereka sendiri dengan mengonsumsi zat kimia yang ada di dalam rokok. Mereka harusnya bisa lebih bijak. Lebih bisa berfikir jernih. Ahh, seandainya saja semua orang yang seperti mereka bisa menimbang-nimbang baik buruk rokok sebelum terlanjur meluapkankan emosi melalui asapnya.[]

Selasa, 18 Desember 2012

You Are A Writer


 Hiyaaaatt. Cetar, bag, bug, jeder, dor.

Ups, ada apa ini ribut2? Gag lihat kalo orang2 pada sibuk bertapa ngisiin raport? Berisik amat sih lu! *eh, ngisi raport kok sambil bertapa?

Daku hanya bisa memberi senyum tipis, “ibu-ibu gag tau sih saya lagi hepi sangat.” Hepi? Kok malah kayak orang berantem gitu? Hehehe.. Itu bunyi yang dipaksakan memang.  Efek dari salto di udara dan koprol di atas air. -__-“ huahahaha…

Jadi sodara2, daku sedang dilanda gembira tiada terkira. Soalnya naskah cerpen yang kemaren masuk nominasi lima terbaik telah dinobatkan sebagai juara ter favorit pembaca. Senengnya. Gag sia2 deh usaha buat ngumpulin jempol. 100 jempol yang jadi target tercapai. Bahkan lebih 4 jempol lagi. Senengnya udah gag bisa dirangkai dengan kata2. *lebay lu!* ciyus akunaa!

Jadi, aku mau ngucapin terimakasih lagi buat kawan2 yang sudah bersedia menyumbangkan jempolnya buat naskahku. Makasii banyak, kawan. Tanpa kalian, agaknya daku gag bakal mampu ngumpulin jempol sampe 104. Buat kawan2 di bagian barat Sumatera, tengkyu yaa. Gag nyangka bakal punya rekan yang baek banget kayak kalian. *hug* Buat rekan2 di LPM Dinamika, temen2 di IAIN SU, dan sahabat2 yang entah dari mana2 saja, terimakasih. *terharu* Udahan ahh, perasaan di catatan sebelumnya juga udah ngucapin kalimat2 terimakasih. Aku udah kayak calon Gubernur yang udah menang, deh. Wkwkwk. Jadi kita cukupkan sampai disini saja ya.

Well, selain cerpen solo yang masuk nominasi, ternyata flash fiction-ku juga masuk. Memang sih gag masuk lima terbaik, tapi terpilih menjadi 10 naskah terbaik yang akan dibukukan. Seneng banget kan? Kemaren aku memang ngirim dua naskah untuk diikutsertakan, satu untuk kategori cerpen solo, yang satu lagi untuk flash fiction. Dan keduanya masuk nominasi terbaik. Alhamdulillah. *speechless*

Ini benar-benar berkah yang luar biasa. Tahu tidak? Sebelum ini sudah berapa kali aku mengikutsertakan cerpenku untuk diseleksi buat dimasukin ke dalam buku antologi? Sudah sering banget. Dan gag pernah berhasil membuat juri jatuh cinta akan karyaku. Kemaren aku sempat jenuh dan hampir depresi. “kenapa karyaku gag pernah dilirik juri, Tuhan?”

Tapi ternyata Tuhan sedang memberi aku wadah untuk belajar. Benar banget kata pepatah kalo kegagalan itu adalah keberhasilan yang tertunda. Dari sekian banyak naskah yang kukirim dan ditolak, aku ‘terpaksa’ belajar lebih tekun lagi. Belajar dengan diskusi dengan penulis besar dan membaca karya-karya yang bagus. Dan terus menulis. FYI *for your information* itu terus kugeluti karena aku ingin membuktikan eksistensiku dalam menulis. Aku bertekad harus punya karya yang bisa mengokohkan atau menegaskan kalau aku adalah seorang penulis. Orang2 di dekatku bisa punya buku, kenapa aku tidak? Dan dengan kalimat2 itulah aku mau terus berdarah2 belajar menulis sampai menghasilkan karya yang layak dikonsumsi public. Percaya atau tidak, dalam melakoni suatu hal, apapun itu, kita harus punya alasan melakukannya. Semakin kuat alasan, semakin giat pula kita untuk mendapatkan.

Sekarang, Alhamdulillah, aku mulai bisa menikmati kerja kerasku kemarin dulu. Sudah ada beberapa naskah yang berhasil menarik hati juri. Beberapa kali lolos masuk antologi dan yang terakhir, masuk nominasi 5 terbaik dan 10 terbaik. Mudah2an buku solo segera menyusul. *aamiin..aamiin..*

Eh, tau tidak, kalau sekarang aku buka lagi naskah2 yang kuikutsertakan di seleksi antologi kemaren dulu, aku jelas2 bisa melihat cerpenku itu memang jelek. Serius! Wajar kalau tidak ada juri yang kemarin jatuh hati. Aku saja yang nulis gag selera ngebacanya.

Jadi kesimpulannya adalah, kegagalan yang kemaren dulu itu memang adalah wadah untuk memperbaiki kualitas tulisanku. Jika tidak ada kegagalan, maka mungkin aku tidak punya tolak ukur untuk melihat peningkatan kualitas tulisanku. Alhamdulillah, sekarang aku mulai bisa melihat tulisan yang berkualitas dan bisa melihat naskah seperti apa yang bernyawa dan yang tidak. Bukan sok paten, cuma memang mulai terasa.

Mudah2an catatan ini bisa jadi motivasi untuk kawan2 yang ingin menunjukkan kemampuannya dalam menulis. Setelah ini, kita bisa keroyokan ngirim naskah untuk seleksi antologi. Jadi kita kasi liat ke dunia kalo contributor buku itu dari kalangan kita semua. :D Terus, satu persatu kita mulai ngerjain proyek buku solo, dan mudah2an kita bisa menggaet hati penerbit besar. *aamiin..aamiin..ya rabbal alamiin.* Karena, you are a writer. ^o^

PENGUMPUL JEMPOL ^o^


Bismillahirahmanirrahim…

Pagi ceria di tanggal cantik 12-12-12..  :)

Semoga kita senantiasa dalam lindunganNya. Aamiin.. ^_^

Di moment manis ini, *uhuk.* aku ingin membagi keceriaan. Sepertinya, Allah sedang melimpahiku dengan kebahagiaan tiada tara di penghujung tahun. Banyak nikmat yang tak kuduga menghampiri. Alhamdulillah ya, sesuatu…

*senyum-nyengir-ketawa-sendiri*

Hihihi… ^o^

Haduuhh, kok jadi gag jelas gini ya ceritanya? Wkwkwk… efek terlalu antusias kali ya?

Jadi gini, biar pada ngeh, dan gag mikir kalo kejiwaanku sedang bermasalah, jadi ku share sajalah. Ceritanya nih, kemaren aku ngikutin kompetisi menulis yang diadakan grup penulis di facebook. Nah, jadi karena beberapa waktu sebelumnya naskahku beruntun terpilih menjadi contributor di buku antologi cerpen, semangatnya lagi menggebu nih buat nulis lagi. Langsung sajalah daku copas info lombanya, dan beberapa hari selanjutnya, daku pun bertapa *lebay* buat mencari dan memperdalam ide cerita.

Tema yang diusung mereka ‘Broken Heart’. Dan entah kenapa, rasa-rasanya untuk menulis cerpen bernada kepedihan yang menyayat-nyayat aku kok ahli ya? Hadeehh. Bayangin aja, hampir semua naskah yang kutulis ceritanya itu sedih terus. Padahal aku selalu ingin menulis kisah yang bahagia. Walau ada konflik yang mencekam, tapi kalo bisa ya ujungnya happy ending. Eh, tapi kemaren aku sempat coba, dan berhasil. Mungkin karena tema lomba yang harus ceria kali ya? Jadi mau gag mau, ya cerpennya ceria juga. Dan Alhamdulillah,. Terpilih lagi jadi contributor. Hehehe. Seandainya saja bisa terus menulis cerita bahagia.

Kembali ke item. *nunjuk2 laptop*

Jadi kemaren itu di info lomba diterangkan kalau hanya akan dipilih 10 kontributor. Lima terbaik akan di publis cuplikannya untuk dinilai pembaca. Nah, dari 5 naskah terbaik itu akan dipilih lagi 1 naskah terbaik dan 1 naskah terfavorit pembaca yang penilaiannya berdasarkan like terbanyak.

And you know what?? Naskahku terpilih menjadi nominator lima naskah cepen terbaik. Bisa ngebayangin gimana ‘wow’ nya aku?? Baru masuk lima terbaik aja udah sebegininya, gimana kalo terpilih jadi naskah terbaik coba? Atau jadi naskah terfavorit pembaca? Sumpeh, kayaknya aku bakal koprol nih. ^o^

Setelah pengumuman lima naskah terbaik, bersegeralah aku promo. Berusaha ngedapetin jempol terbanyak. Wara-wiri disana sini. Di grup ini, di grup itu. Hahaha.. bener-bener usaha, cuy. Mana yang bisa nyumbangin jempol cumin orang-orang yang udah tergabung di grup penyelenggara lomba lagi. Jadilah aku menggeret mereka-mereka yang mau nyumbangin jempol ke grup dulu. Ribet, sumpeh. Cuman, kayaknya semangat yang menggebu mengalahkan kesan ribet yang belum-belum udah merongrong.

Perharinya, aku kudu ngelowongin waktu satu sampe satu setengah jam buat nongkrong di fesbuk. Menggaet jempolers2 baru. Dan karena kebetulan rekan-rekan ku banyak yang doyan fesbukan, jadi agak sedikit gampang mencari jempolersnya. Mungkin kalo kuota modem masih ada, aku bakal seharian di depan item, menjelajahi fesbuk biar dalam waktu sehari dapat minimal 30 jempol. *maksa* ini, berhubung harus plesiran ke warnet dulu, jadi aku cuman betah satu sampe satu jam setengah. Gak nyaman soalnya. Berisik. Bau rokok. Begitu keluar, biasanya aku langsung pusing. *menyedihkan* Tapi, biar gitu, aku tetap berhasil ngumpulin banyak jempol. Hihihi.. Temen2ku baik2 banget sih. ^o^

Nah, di kesempatan ini, daku, dari lubuk hati yang paliiiing dalam, mau ngucapin ribuan terimakasih buat yang udah bersedia nyumbangin jempolnya. Especially buat kawan2 di Dinamika, di IAIN SU, kawan2 yang gag bisa kusebutin satu persatu, dan yang agak jauh, temen2 di Padang dan sekitarnya. Gak usah ditanya apa pasal kenapa aku dapat banyak dukungan dari Padang. Panjang pisan ceritanya. :D

Terus, aku juga mo bilang tengkyu beraaatt buat kawan2 yang udah menawarkan diri untuk ikut nge-promo-in. Bahkan tanpa bilang-bilang. Soalnya tiba-tiba aja ngeluh kenapa teman-temannya gag bisa nge-buka link cerpenku. *terharuu* Memang cuman anggota grup saja yang bisa nge-buka, nge-like, dan ngomen. Jadi, gag usah pada repot2 yaa.. Biarlah daku saja yang berjuang *lebay lu* sekali lagi, makasii banyak yaaa… :D

Ailopyuol.. :*