Minggu, 13 September 2015

FESTIVAL BUDAYA KARO 2015 : MENGGUBAH RINDU DALAM LAGU

Bismillahirahmanirrahim

Hola, lama tak menyapa.. Apa kabar kamu tanpa tulisanku? Sehaaat?? Haha.. Semoga tak sepi se-sepi hati para jomblo yaakk..  *baper*

Berhubung judulnya budaya karo, boleh lah daku menyapa kalak karo yang kali aja nyelinep ke rumah maya ku ini tanpa meninggalkan jejak. Uga berita, nande, bapa, mama, mami, turang, senina?  Mejuah-juah. Mbera sangap kam encari, ras sehat kita kerina.

Jadi ceritanya dari tanggal 27 – 29 Agustus 2015 kemarin di Lapangan Merdeka Medan, telah diselenggarakan sebuah acara spektakuler suku karo bertajuk “Festival Budaya Karo 2015” oleh HMKI (Himpunan Masyarakat Karo Indonesia). Acara yang berlangsung selama 3 hari itu dimeriahkan dengan stand-stand makanan dan stand kerajinan khas karo.

Lampu yang terang banget di belakang itu panggungnya.
Di sediakan pula panggung megah tempat para penyanyi dan penari menghibur pengunjung. Kebetulan pas aku datang di hari kedua, artis yang diundang tu Anta Prima Ginting, dan Santa Hoki Br. Ginting. Aku emang gak hapal lagu-lagu mereka sih. Tapi special Anta Prima, aku punya beberapa mp3 yang ku copy dari hp mama-ku. Dan lagunya asik-asik sih. Jadi suka aja. Jadi pas MC nya bilang ada Anta Prima, langsung aja aku ngeloyor ke depan panggung dan duduk meleseh di rumput kayak penonton yang lain. Hahaha. Berasa gembel kali, tapi seru. :D

Selfie bareng pengisi acara
Anyway, mungkin ada yang bertanya-tanya, kok bisa sih aku segitunya sama budaya Karo? Kan marga yang terpampang diujung namaku itu Siregar, marga dari suku mandailing. Hehe.. sok di-kepo-in. wkwkwk.. Gapapa, ini kan rumahku, suka-suka dong mau nulis apa aja. *Dilempar sepatu*

Jadi, sebenarnya aku adalah gadis mandailing yang dilahirkan di tanah karo simalem. Ayah-ku seorang pria tampan bersuku mandailing ditempatkan di Kabupaten Karo setelah dia lulus PNS. Disanalah ia bertemu dengan wanita cantik berdarah karo beru Ginting yang sekarang menjadi ibuku. Mereka saling jatuh cinta, menikah, dan melahirkan aku, masih di kota kecil yang sejuk, Kabanjahe.

Well, tanah karo adalah kuta kemulihen alias kampung halaman untukku yang ber-marga Siregar ini. Meski menetap di Kabanjahe hanya sampai tamat SD, tapi rasanya rindu itu selalu ada dan selalu lekat. Makanya pas baca di instagram ada Festival Budaya Karo sejak sebulan yang lalu, aku langsung nandain di kalender Hp. Aku harus datang. Padahal kondisinya sekarang, gak ada sebiji pun lagi temenku yang ber-suku karo. Masih belum tahu mau pergi sama siapa, yang penting datang. Haha. Ini bukti aku rindu serindu-rindunya sama tanah Karo.

Pengumpulan Tanda Tangan Tribute To Sinabung
Terus kemaren, pas masih nyampe parkiran dan aku dengar suara gendang salih karo dari kejauhan, jantungku berdegup cepat. Rasanya mirip-mirip mau ketemu gebetan yang udah nyiksa pake rindu berkarat. Beneran! Gak bias disangkal lagi, kampung halaman memang selalu dirindukan. Tedeh kel ateku kena, kuta kemulihen. :”)

Mana lagu yang dinyanyiin sama Santa Hoki itu lagu rindu pulak. Judulnya kalo gak salah ‘Tersembul Nakan Mbergeh.” Dan inti lagunya itu tentang kerinduan yang buncah. Saking rindunya, saking galaunya, saking berkaratnya rasa ingin jumpa, sampe gak sadar kalo dia niup makanan yang sebenernya itu dingin. Pas banget mewakili kerinduan tanpa tepi ini. *Bukan sama kamu.. wkwkwk.. Santa Hoki juga bilang dia milih lagu itu sebagai bukti dia pun rindu Tanah Karo.

Eh, aku pernah denger, katanya cowok2 karo itu romantic loh. Wkwkwkwk. Sayangnya gak pernah naksir, gak pernah deket, apalagi punya pacar kalak karo. Wkwkwk. :v

Jadikan Sinabung Bencana Nasional.. !!!
Jadi kemaren, pas di lapmer, denger suara gendang salihnya tuh, kaki sama tangan udah gatel banget pengen nari. Hahha. Sayang, gak ada temennya. Jadi yaudah, di tahan-tahan ajalah. Pokoknya kemeriahan festival kemaren cukup buat nutupin rindu yang menganga. Cukup menepikan kangennya sama suara music di Bus Sutra. Dan menepikan rindu sama gendang guro guro aron kerja tahun (pesta tahunan) yang diadakan pas 17 Agustus lalu di Kecamatan Juhar. Soalnya kemaren gak bisa datang. Biasalah.. tugas Negara gak bisa ditinggal. Wkwkwk.

Di penghujung tulisanku ini, aku kepingin ngucapin makasih banget buat yang sudah berinisiatif bikin acara pengobat rindu ini. Semoga bias diadakan tiap tahun ya. Jadi kita-kita kalak karo yang menetap di Medan bisa tetap lepas kangen sama music dan budaya karo secara langsung.  ^_^

Mejuah-juah!

Segera pulih, Sinabung. Rindu menyentuh puncakmu lagi. 









2 komentar:

  1. asik ya acara beginian, sayangnya tempatnya jauh banget....kalo deket pasti aku datang juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kali aja di kota mbak ada acara yg lebih seru dari ini. Mari di share, mbak.. :)

      Hapus