Pantai Pasir Putih Parbaba |
“Alkisah
pada zaman dahulu, hiduplah seorang putri yang tinggal di langit. Ketika akan
dijodohkan dengan seorang pangeran, ia menolak entah karena alasan apa. Lantas
ia meminta kepada raja langit untuk menurunkannya ke bumi dan diberi sebuah
tempat untuk berpijak. Diturunkanlah ia, dan ditempatkan disebuah pijakan
bernama pusuk buhit.”
Kami
mendengarkan cerita Pak Dardi dalam senyap. Entah karena memang khusu’
mendengarkan atau karena kedinginan plus lapar. Langit masih gelap ketka kami
memutuskan keluar kamar hotel untuk menikmati udara pagi Pulau Samosir.
Lampu-lampu dari seberang danau Toba Nampak cantik. Maka kami berleha-leha di
tepi Danau depan hotel setelah menyusuri jalan melihat-lihat pemandian Hot
Spring Aek Rangat yang akan kami kunjungi nanti.
“Jadi
dulu, saat puteri langit diturunkan ke pusuk buhit, ia diganggu oleh seekor
Naga yang memang tinggal di daerah sini.
Tapi melihat puteri makan sirih, dan mengeluarkan warna merah, sang Naga
heran dan bertanya apa yang dimakan puteri sehingga liurnya bisa berubah merah.
Puteri berkenan memberitahu hanya jika naga bersedia keempat kakinya diikat.
Naga bersedia. Sayangnya, setelah kaki Naga diikat, puteri ingkar janji. Ia
tetap tidak memberitahu Naga.”
“Nah,
setelah sekian lama, ternyata sang puteri tadi bertemu kembali dengan pangeran
yang akan dijodohkan dengannya. Singkat cerita akhirnya mereka menikah, dan
lahirlah empat anak yang nantinya menjadi asal muasal suku Batak. Sementara naganya
dilepaskan oleh anak mereka yang bernama Sinaga, dan diperintahkan untuk
menjaga perairan Danau Toba,” tutup Pak Dardi.
Ini
perjalanan kedua kami ngetrip bareng. Setelah kemaren menuju 5 destinasi seru,
Garoga, Simarjarunjung, dan Tugu Pahlawan Tiga Ras, sekarang kami melakukan
perjalanan menyusuri keindahan Pulau Samosir.
Tujuan
awal kami sebenarnya adalah Pantai Pasir Putih Parbaba. Pantai? Iyap, lokasinya
disulap seolah menjadi pantai. Tapi airnya tetap perairan Danau Toba. Jadi asik
banget buat dipake berenang. Pasir-pasir di tepiannya persis pantai. Pokoke top
markotop dah. Sayangnya moment ngetrip kita kemaren bertepatan dengan liburan
panjang imlek. Jadi pas nyampe lokasi kita menemukan Pantai pasir Putih Parbab
sudah berubah menjadi lautan manusia. Padat luar biasa. Pas banget waktu ngecek
kamar hotel, full semua. Kalo nggak, nggak kebayang gimana seseknya kalo mau
jebar jebur besok.
Gak
berapa jauh dari pasir Putih Parbaba, kita nemu pantai dengan keindahan yang
sama. Gak tau sih namanya apa, tapi kayaknya masih satu areal sama Pantai Pasir
Putih Parbaba. Tapi kali ini sepi. Langsung deh kita main di pasir, nyobain
airnya, dan foto-foto. Heran juga sih, kok bisa ya disini sepi? Tapi ah, bodo
amat, kita manfaatin banget moment yang ada buat bersenang-senang. Padahal
hotel tempat kita mau nginap masih setengah jam perjalanan lagi.
Puas
jepret-jepret, kita jalan lagi. Eh, nggak ding, sebenernya belom puas, tapi
karena udah disuruh masuk mobil lagi, yaudah deh. Hahaha. Kita menyusuri lagi
jalan kecil dengan pemandangan Danau Toba disebelah kanan, dan pepohonan di
sebelah kiri sampai memasuki wilayah Pangururan. Dan sampailah kita di
penginapan, Hotel Sitio-Tio yang tepat berada di kaki gunung Pusuk Buhit.
Tepat
di depan hotel kita, ada pemandian Hot Spring Aek Rangat. Pemandian air panas
belerang yang bersumber dari Gunung Pusuk Buhit. Esok paginya kita sengaja
nggak mandi di hotel, tapi langsung ke Hot Spring. Enak bener. Pagi-pagi udah
berendem di kolam air panas. Kayak sauna. Hehehe. Belerangnya gak terlalu
menyengat kayak pemandian Sidebuk-Debuk. Terus waktu kita datang, kebetulan
belum ada orang. And thank God, pemandiannya dipisah laki-laki dan perempuan. :D
Capek
berenang di Hot Spring (berenang gaya batu), kita nyemplung ke Danau Toba. Niatnya
sih, cuman mau melunturkan aroma belerang yang nempel di baju. Tapi kok betah
ya? Jadilah kita berenang (masih dengan gaya batu) sepuasnya. Awalnya cuman
nyemplung bertiga, tapi ngeliat kita yang hepi banget di dalam danau, akhirnya
Pak Dardi sama Pak bembeng tergida juga. Nyemplung lah mereka. Nggak lama
mereka nyemplung, kita bertiga naik. Aahahha. Mereka juga naik jadinya.
Kita
check out sekitar jam 11 siang. Kita memilih balik ke Medan dengan jalur
berbeda dari waktu kita dating kemaren. Kalo kemaren dari Prapat, terus
nyebrang pake feri. Pulangnya kita ambil jalan darat. Menyusuri kaki gunung
Pusuk Buhit, melewati Menara Pandang Tele, teruus ke Sidikalang, Merek,
Kabanjahe, Brastagi, Medan. Kalo aja kemaren harinya cerah, nggak berkabut,
nggak mendung, pasti banyak banget spot yang kita singgahi buat foto-foto. Kemaren
sayang banget. Pas nyampe Tele, kabutnya tebal, tengah hari kayak jam 6 sore. Jadi
kita nggak mampir. Karena percuma, nggak bisa mandang apa-apa juga.
Katanya
emang gitu, kalo Imlek, biasanya hujan. Dan lagi kan kita lagi kena fenomena
angin yang entah gimana ceritanya bisa ngebikin bulan Februari jadi musim
penghujan. Seperti yang dilansir dari beritasatu.com “Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) menyatakan bahwa Indonesia akan memasuki puncak musim hujan pada
Januari-Februari 2016. Berdasarkan pantauan BMKG, musim hujan di wilayah barat
Indonesia selatan khatulistiwa akan berlangsung hingga Juni 2016, meski sejak
Maret 2016 akan mengalami tren penurunan intensitas.”
Jadi
ya gitu, kita jadi nggak bisa memanfaatkan libur tanggal merah kemaren dengan
sebaik-baiknya gegara cuaca buruk. Eh, bulan depan ada tanggal merah lagi kan
ya? Semoga intensitas hujan menurun dan hari secerah hatiku yang baru pulang
piknik. Hehe. :D
Well,
perjalanan kita yang kali ini berdelapan, komplit dengan beragam karakter. Ada dua
orang yang gak berhenti ngomong, yang satu cerita tentang sejarah dan cerita
rakyat setempat, ada yang sibuk menghina dinakan dirinya sendiri. Hahahaa. (Tapi
banyak kali jasanya samaku. Wkwkwk.) Ada Bu Lis yang rajin kali ngecek makanan,
jadi kami nggak kelaperan. Ada Bu Alfi yang ngajarin aku ngomong sama om bule. Ada
Pak Turut and family yang udah berkenan ngajakin kita ngetrip. Gak jadi ikut
serta di acara Jambore Hizbul Wathan di Padang Sidempuan ternyata mengandung
banyak hikmah. Hahaha.. :D
Eh,
bulan Maret ada tanggal merah. Kemana kita? :v
Seru ya kayanya kalo jalan-jalan ke tempat yang ada legendanya gitu :D Viewnya juga cakep.
BalasHapusBulan Maret liburan ke tempatku aja sist, di Lombok :v
http://dhynasaurus.blogspot.co.id/
Lombok kejauhan sis. saya mau explore sumatera utara sampe ke sudut2nya dulu. hehe..
Hapussegera BW.. :D
gak suka ngetrip hehehe
BalasHapusJalan-jalannya sambil belajar sejarah dan legenda gitu ya :) menarik mbak :D
BalasHapus