Biar gak serius2 kali, gaes.. curhat duluk ah..
Bismillahirrahmanirrahim.
Hari
ini aku sedang dalam suasana hati yang sulit dijelaskan. Entah itu senang,
galau, kacau atau apa. Tapi sepertinya aku pantas mendapatkannya. Ini akan
menjadi salah satu pelajaran berharga dalam perjalanan hidup, yang semoga akan
membawaku ke arah yang lebih baik.
Perasaan
tak menentu ini bermula kemarin, saat aku mengikuti ujian untuk menjadi ASN.
Ini ujian pertama yang kuikuti setelah lulus dari S1 sekitar enam tahun lalu,
dan setelah lulus S2 setahun yang lalu. Yap, ini perdana. Aku belum pernah sama
sekali mengikuti ujian seleksi kemampuan dasar (SKD) berbasis CAT. Simulasi
juga gak pernah ikutan. Dulu pernah ada penerimaan ASN besar2an, tapi aku gak
ikut karena saat itu aku lagi di Bandung mengikuti BMBC (Bandung Marching Band
Competition). Gak ngerti deh, kenapa dulu lebih antusias ikut lomba daripada
ikut ujian ASN. Wkwkwkwk.
Nah,
karena kemarin penerimaan dibuka kembali, jadi daku mencoba. Mulai dari daftar
online yang sistemnya sering down, sampek harus daftar di jam 11 malem saat
mata sedang berat2nya. Terus login dan daftar online yang ngabisin waktu
seharian. Aku serius, baru untuk daftar aja, makan tenaga dan menguras pikiran
banget. Kemudian kemarin tibalah waktunya buat ujian. Jeng.. jeng.. jeng...
pemirsah.. ini mendebarkan sekali. Kita nyampek lokasi ujian dua jam sebelum
ujian dimulai. Dan begitu ngeliat orang-orang yang pake baju hitam putih,
serupa kayak baju yang kupake, aku ser2an. Merasa perjuanganku bakal berat.
*Banyak kali saingannya mak ee. T_T
Kali
ini nilai passing grade (ambang batas) tidak bisa diakumulasikan untuk jalur
umum. Jadi TWK nilai minimalnya 80, TIU minimalnya 75, dan TKP 143. Jujur, yang
paling kukhawatirkan adalah ujian TWK. Aku gak hapal pasal2, gak hapal sejarah
bangsa dengan baik, dan gak terlalu tertarik dengan segala yang berbau2
politik. Kirain soalnya begono, eh gak taunya beda. Hehehe. Dan yang paling
tidak aku khawatirkan adalah bidang TKP. Karena pas baca2 di inet, kayaknya TKP
gak susah2 amat. Dan ternyata daku salah besar. T_T
Well,
dimulailah ujian kami jam setengah lima sore. Ujian yang berlangsung selama
sembilan puluh menit itu berlangsung kondusif. Senyap. Soalnya panjang2 sekali,
jadi harus membaca cepat sambil mampu memahami soal2 dengan baik.
Aku
mulai gugup waktu melihat durasi waktu yang tinggal setengah jam lagi,
sementara soal2 TKP yang belum kuisi masih banyak. Sampai di sisa lima menit
terakhir, aku tuntas mengerjakan TKP. Sisa waktu kugunakan untuk ngecek kembali
jawaban TWK dan TIU. Aku pede aja sama jawaban TKP. Memang kelihatannya
jawabannya benar semua, baik semua, jadi aku mengira jawabanku sudah cukup
baik. Tapi ternyata ... *Hiks..
Perolehan
nilai TWK dan TIU ku terhitung cukup baik. Jauh di atas nilai ambang batas.
Justru nilai TKP yang diluar prediksi. Aku kecewa. Sangat. Padahal TKP adalah
ujian yang paling kuanggap mudah. Ternyata yang mudah itulah yang membahayakan.
T_T
Emang
ya.. yang membuat kita jatuh tersandung bukan batu besar, tapi justru kerikil
kecil yang keberadaannya malah tidak terlalu kita khawatirkan. Aku menganggap
enteng ujian TKP, dan akhirnya sekarang aku menyesal. Harusnya aku tidak hanya
berfokus di TWK dan TIU, sehingga mengabaikan TKP. Sediiihh.. Hiks..
Jadi
habis ujian, aku nyamperin mas yang nungguin aku di masjid. Dengan muka sedih
dan putus asa, aku ngadu. Mas nepuk2 pundakku dan bilang, “udah gak apa2.
Berarti belum rezeky tahun ini. Tahun depan kita coba lagi.” Dia mah legowo2
aja. Emang dia selalu kek gitu sih di segala situasi. Heran gue. -_-
Terus
waktu aku ceritain tentang nilai dan kegagalanku di bidang TKP, mas bilang,
“Indonesia ini punya banyak orang pintar, tapi belum tentu berkarakter.” Alis
gue naik sebelah, “maksudnya mau bilang adek gak baik, gitu?” Mas ketawa.
“Bukan, maksud mas, mungkin Allah kasih seperti ini karena Allah mau ada yang
adek perbaiki dari kepribadian adek. Mungkin karakter adek gak sebanding dengan
kecerdasan adek. Coba introspeksi dan diperbaiki.”
Omongan
mas ada benernya. Eh, banyak benernya. Kayaknya aku memang sedang disuruh Allah
untuk memperbaiki karakter agar memiliki akhlak mulia. Biar jadi istri soleha
yang gak cerewet kali ye? Manalah bisa. Mana ada istri yang gak cerewet.
Wkwkwkwk.
Eh,
tapi kalo kupikir2, semua jawaban di TKP itu kayaknya benar semua loh. Sumpeh.
Kayaknya jawaban yang kupilih sudah jawaban terbaik. Tapi kok... mungkin
disinilah letak perbaikan karakter itu ya. Dari pilihan2 yang baik, ternyata
ada pilihan yang paling baik. Dan itulah yang seharusnya dipilih. Begitupun
dalam kehidupan sehari2.
Misalkan,
kalo mas bilang, “mas lihat kayaknya adek lelah kali. Udah dek, kalo capek gak
usah masak.” Nah, respon aku misalkan,
A).
Nurut aja apa kata mas. Toh aku memang capek.
B).
Tetap masak walaupun seadanya. Pokoknya asal mas bisa makan aja.
C).
Ngajakin mas makan di luar aja.
D).
Ngajakin mas buat bantuin di dapur, biar bisa tetap makan enak.
E).
Minta tolong sama mas buat masak sendiri aja.
Nah
loh? Jawab yang mana hayo? Itu jawabannya hampir baik semua kan, cuman pasti
ada yang paling baik. Aku yang ngebikin soal aja bingung jawaban mana yang
paling baik. Hahahahahhaa.
Tuh,
model soal TKP itu ya kayak gitu. Duh, kalo inget itu, aku sedih lagi. T_T
Ada
lagi omongan mas yang makjleb kali. Aku bilang ke mas, “mungkin adek kurang
banyak doa kali ya mas? Makanya belum diijabah Allah.”
Mas
ngangguk, terus bilang, “Mungkin juga karena kurang dekat.”
Deg!
“Mas
lihat, adek suka ngulur2 waktu solat. Ngaji udah jarang. Tahajjud udah gak
pernah lagi. Kita harus dekat sama Allah, biar Allah sayang sama kita.”
Disinilah
moment betapa bersyukurnya aku diberi pendamping yang bisa membimbing. Gak
sekedar jadi teman tertawa, tapi jadi teman yang bisa membina. Mengingatkan
kepada yang baik dan dengan cara yang baik pula. Alhamdulillah.
Semoga
kita bisa menjadi teman hidup selamanya. Yang saling mengisi dan saling
mengingatkan dalam kebaikan. Sehidup se-syurga. Aamiin.
Iloveu
unconditionally, hubby. :*
Paling
tidak, jikapun aku belum beruntung untuk bisa bergabung menjadi ASN, at least,
aku sudah punya pasangan dan masa depan bersamanya. Hahahahhaaseeeeekk.. Wkwkwkkwwk.
Jadi,
dari tulisan ini, walaupun banyak lebay-nya, ambil hikmahnya ya gaes. Jangan sepele-kan
kerikil kecil sekalipun. Karena yang kecil, yang kita anggap remeh temeh,
justru bisa membuat kita terjungkang, dan sakit. Iya, sakit tapi tak berdarah.
Hehe.
Lagi pengen majang foto ini ajjah.. hhahahha.. XD |
Tetap
semangat buat yang belum berkesempatan jadi ASN tahun ini ya. Kita coba lagi
tahun depan. Kali aja setelah kita banyak belajar dan memperbaiki diri, rezeky
kita semakin dekat. Kalaupun belum jadi ASN, percayalah, bumi Allah ini luas.
Rezeky ada dimana saja asal kita terus berusaha. J
Udah
dulu ah, ntar dikira mau nyaingin Merry Riana pulak. Wkwkwk.
Wassalamualaikum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar