Selasa, 17 Juli 2012

Seuntai Makna Kesempatan, Keinginan, dan Keputusan


Assalamualaikum…

Halo, apa kabar? Semoga selalu baik. ^_^
Malam ini, setelah berliter-liter air mata yang kutumpahkan, aku merasa harus membagi sedikit cerita dengan kalian. Sekilas tentang makna kesempatan, keinginan, dan keputusan. Mencoba mengurai makna yang terkandung didalamnya.

Bukan. Aku bukan ingin mengurainya dengan jawaban pasti. Ini hanya sekedar sudut pandang. Mungkin bisa kita sebut dengan seutas pemahaman baru.

Novel itu,  kawan, berhasil mengobrak abrik emosiku. Banyak hikmah didalamnya. Banyak pelajaran yang bisa kita jadikan pertimbangan seandainyapun kita tak sepakat.  Novel itu, telah memaksaku untuk menciptakan hujan di seputaran mata. Akan kubagi kisahnya dengan kalian.


“Tak ada mawar yang tumbuh ditengah Tegar-nya Karang”.

Harus mendengar lelaki lain mengutarakan cintanya pada orang yang telah dua puluh tahun kau inginkan untuk menjadi pendampingmu. Dan melihat senyum bahagia dari gadis itu. Senyum bahagia menyambut lelaki yang bahkan baru dikenalnya selama dua bulan.

Dua bulan miliknya sama dengan dua puluh tahun milikmu.

Yang ada kemudian adalah kau ingin menghilang. Tak lagi ingin bertemu dengan mereka. Ingin menjauh sejauh-jauhnya. Lari hingga tak tergapai lagi.

Itulah hal yang dilakukan Tegar Karang, setelah Nathan merebut Rosie-nya.

Kemudian apa?

Kau fikir dengan lari kau bisa melupakannya? Bisa hidup dengan cerita baru yang bangun sendiri dengan mudah? Dapat melepaskan gurat wanitamu dari setiap sudut kamar? Kau bisa melangkah menyongsong hari baru tanpa jejaknya? Tidak!!

Selama lima tahun. Lima tahun bayang-bayang Rosie terus membayangi Tegar. Bayangan yang sangat ingin dibencinya. Terseok, Tegar melalui harinya. Merangkak disesaknya gorong-gorong waktu yang dipenuhi rasa sakit, gelisah, tak bisa tidur, rindu dan benci.

Lima tahun!!

Lima tahun yang berharga pada akhirnya. Dalam sesak itu, ia kemudian mengerti. Yang ia butuhkan hanya berdamai dengan masa lalu, bukan melupakannya. Berdamai. Cukup. Dan ia bisa melanjutkan hidup dengan lebih baik.

Berdamai dengan masa lalu pula yang menguatkan hati seorang gadis kecil, kuntum ketiga Rosie dan Nathan, Yasmine nanti untuk memaafkan pelaku bom di Jimbaran yang merenggut ayahnya. Dengan kalimat yang sungguh akan meluluhlantakkaan kesombongan hidup.

“Kata paman tegar, kami tidak boleh membenci om.tak boleh sedikitpun. Meski..meski…” Gadis kecil itu terisak. “Jasmine… Jasmine tidak akan membenci. Karena Jasmine percaya apa yang Paman Tegar bilang. Sungguh percaya. Ayah, kata Paman Tegar, ayah akan tersenyum senang di surga kalau Yasmine bisa memaafkan om.”

Ya, semua yang Yasmine lakukan acap kali mengundang keharuan luar biasa. Tapi dalam cerita ini, biarkan aku meng-ekplor kisah Tegar. Kisahnya yang membuat kita mengerti apa arti kesempatan, kemaafan, dan keputusan. Maka, simaklah.

Kehadiran Sekar, dalam hidup Tegar membuat kita akan mengerti makna kesempatan.

Setelah enam tahun Sekar menjadi pendengar setia Tegar tentang cerita Rosie-nya. Tentang empat kuntum bunga Rosie yang manis, Anggrek, Sakura, Jasmine dan Lili. Tentang betapa ia tak pernah punya kesempatan untuk bersama wanita yang selama dua puluh tahun ia inginkan. Tentang masa lalu yang tak lagi ingin ia lupakan. Berujung pada komitmen mereka untuk membangun hubungan yang lebih seirus.

Sekar sangat mencintai Tegar. Sangat. Dan Tegar, ia juga mencintai Sekar, meski dengan pengertian yang berbeda.

Tapi setelah bom jimbaran itu, bom yang meluluhlantakkan keluarga Rosie. Menghancurkan kebahagiaan rumah tangga yang selama tiga belas tahun terakhir diberkahi intensitas kebahagiaan tinggi. Semua konstan berubah.

Nathan meninggal. Rosie sangat terpukul sampai harus dirawat di panti rehabilitasi karena mentalnya terganggu. Dan ke-empat kuntum itu, bunga kebahagiaan itu harus dirawat oleh Tegar. Sosok om, uncle, paman Tegar dengan hatinya yang luas menjadi pengganti ayah sekaligus ibu bagi mereka, anak-anak Rosie dan Nathan.

Dengan segala keluguan anak-anak, Tegar tahu mereka sangat mencintainya. Dan Tegar pun sama. Sampai ia harus menunda rencana pernikahannya dengan Sekar. Menerima itu, Sekar hanya berharap Tegar akan memenuhi janjinya setelah Rosie pulih.

Tapi nyatanya, Tegar tak menganggap ia pernah berjanji dan tak akan pernah mengingat janji yang tak pernah ia ucapkan. Sekar yang telah lelah menanti akhirnya memutuskan untuk menikah dengan orang lain meski ia tak mencintainya. Mendengar kabar ini, akhirnya Tegar sadar akan janjinya. Ia menemui Sekar di malam pertunangannya dan memintanya untuk memberinya kesempatan untuk menunaikan janjinya dulu.

Dan ya, Sekar membuat satu keputusan untuk kesempatan baru.

Tegar, ditengah keyakinannya untuk menikahi Sekar, terpaksa harus mengetahui kalau Rosie, dulu –dan kini- juga mencintainya. Tegar terlalu mencintai Rosie sampai Rosie tak pernah diberi kesempatan untuk menyadari perasaannya terhadap Tegar. Keberadaan Tegar yang selalu ada saat Rosie membutuhkan tak pernah menyisakan ruang untuk Rosie menyadari kalau ia mencintai Tegar. Disini, jarak mungkin adalah hal terbaik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi rasa kehilangan. Dan ini pula yang tak pernah Tegar lakukan sampai Rosie harus direbut olehh sahabatnya sendiri, Nathan. Tapi sambil terus meyakinkan hati, Tegar tetap pergi untuk Sekar. Sekar telah membuat keputusan penting untuk satu kesempatan menjemput kehidupan bersamanya. Tak seperti ia yang tak pernah punya kesempatan. Sekar memilikinya. Dan ia mencintai Sekar, meski dalam pemahaman cinta yang berbeda.

“Tak ada mawar yang tumbuh ditengah Tegar-nya Karang”.

Dipernikahan yang sacral itu, Sekar tiba-tiba meminta Tegar untuk menikahi Rosie setelah potongan-potongan mosaic yang diciptakan Lili, kuntum bunga terakhir Rosie berkata dengan isak tangis pilu yang menyayat, “Lili tidak ingin memanggil paman tegar dengan sebutan Om seperti Kak Anggrek, atau Uncle seperti Kak Sakura, atau Paman seperti Kak Yasmine. Lili ingin memanggil Paman dengan sebutan Papa Tegar”.

Potongan gambar Rosie yang menarik paksa Lili dari pelukannya di kaki Tegar dan membawanya keluar dari ruangan itu. Dan mosaic dari siluet Anggrek, Sakura dan Yasmine yang mengikuti ibunya keluar. Sontak Sekar mengejar langkah-langkah kaki itu. Menarik paksa Rosie kembali ke tengah ruangan  dan tergugu mengisyaratkan Tegar untuk menikah dengan Rosie.

“Dua puluh tahun kelak, aku pasti akan menyesali telah melakukan ini, Tegar. Tetapi, dua puluh tahun kelak pula, aku pasti lebih menyesali jika tak melakukannya. Menikahlah dengan Rosie, Tegar. Menikahlah. Pagi ini aku paham, aku mengerti kalian memang ditakdirkan bersama sejak kecil. Aku sungguh akan belajar bahagia menerimanya, dan itu akan lebih mudah dengan pemahaman yang baru. Aku akan baik-baik saja. Menikahlah!”

Sungguh saat itu Tegar mengerti arti sebuah kesempatan.

“Mawar akan tumbuh di Tegar-nya Karang, jika Kau menghendakinya.”

2 komentar:

  1. ahh, si adek ni, bikin penasaran mau baca...

    BalasHapus
  2. besok mau barteran novel sama bg jali kak.. kakak kalo mau pinjem juga harus barteran. hahahahaa.. :D

    BalasHapus