Setiap
bilik dari blognya, menawarkan aroma pemikiran yang berbeda. Salah satu yang
aku favoritkan adalah artikel dengan judul ‘Ustad Bagus Ustad Jelek.’ Seperti
yang kubilang di awal, ia mengulas hal yang kita terima secara wajar menjadi
harus kembali ditatar. Pemikiran yang ia kemukakan berbeda dari pemahaman yang
ada di kepalaku. Bahkan kurasa, dari pemikiran orang kebanyakan.
Disana,
Habib Asyrafi, pemilik blog 'Habib Think' mengurai tentang bagaimana kita, para pendengar ceramah, atau sebut saja
pencari ilmu, malah lebih suka mendengarkan ustad yang ‘asal,’ yang isi
ceramahnya lebih banyak yel-yel, sorakan-sorakan, dan humor. Kita, yang kalau
kata Habib, ‘penonton manja’ lebih suka mendengar ceramah yang mengemukakan
kebaikan-kebaikan kita, bukannya nasihat. Dan itu membuat para da’I harus
menyesuaikan diri. Tentu saja agar tidak ditinggalkan jamaahnya. Wah, miris ya.
Sekarang, para guru itu yang mencari murid, bukan malah murid yang mencari
guru.
Kalau
saja, ia tidak mengurai ini dalam ‘Habib Think’, bisa jadi kita, atau aku
secara pribadi, tidak mempermasalahkan hal ini. Hal yang secara tidak langsung
bermakna, kita adalah murid yang sembarangan memilih guru yang benar-benar
guru. Yang benar-benar mendidik. Meski memang aku tidak begitu menyukai guru
yang terlalu pintar berakting itu, yang bisa membuat jamaahnya tertawa-tawa,
dan kemudian pura-pura menangis dalam doa. Aku tidak kepikiran kalau itu juga
adalah akibat tuntutan dari media sebagai wakil dari, ya, penonton manja.
Di
akhir artikelnya, Habib menuliskan sebuah quote, “Jika kau memilih
gurumu dengan baik, mereka akan memilihkan jalan yang baik untukmu. ”
Semoga kita, para pencari ilmu lebih selektif memilih guru, memilih muallim,
memilih ustad, dan memilih dai untuk menjadi panutan.
Kurasa,
membaca pemikiran-pemikirannya yang tertuang dalam ‘Habib Think’ akan menambah
wawasan dan keluwesan cara berpikir. Pembaca yang cocok untuk blog ini juga
adalah mereka yang mau berpikir. Mereka yang tidak merasa cukup dengan
pemahaman yang tersaji di depan mata tanpa mau menelaahnya lebih lanjut.
Untuk
dapat lebih menarik, mungkin background blog, dan tata letaknya dapat dibuat
lebih ‘hidup.’ Dengan warna yang lebih ceria, mungkin pembaca akan lebih betah.
Tapi kembali lagi, bisa jadi ini menunjukkan kepribadian si pemilik blog. Apapun
itu, inilah kekurangan yang paling mendasar menurutku.
Well,
‘Habib Think’ adalah Habib Asyrafi dalam versi tulisan, yang tidak jauh berbeda
dengan versi aslinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar