Minggu, 28 Juli 2013

What I Think About ‘Habib Think’

Dengan judul blog ‘Habib Think’, jelas sudah isi dari ruang-ruang rumah maya si empunya adalah jalan fikirannya. Caranya menilai sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, mengulas hal-hal yang menurut kebanyakan orang wajar, menjadi layak untuk dipapar kembali.

Setiap bilik dari blognya, menawarkan aroma pemikiran yang berbeda. Salah satu yang aku favoritkan adalah artikel dengan judul ‘Ustad Bagus Ustad Jelek.’ Seperti yang kubilang di awal, ia mengulas hal yang kita terima secara wajar menjadi harus kembali ditatar. Pemikiran yang ia kemukakan berbeda dari pemahaman yang ada di kepalaku. Bahkan kurasa, dari pemikiran orang kebanyakan.

Disana, Habib Asyrafi, pemilik blog 'Habib Think' mengurai tentang bagaimana kita, para pendengar ceramah, atau sebut saja pencari ilmu, malah lebih suka mendengarkan ustad yang ‘asal,’ yang isi ceramahnya lebih banyak yel-yel, sorakan-sorakan, dan humor. Kita, yang kalau kata Habib, ‘penonton manja’ lebih suka mendengar ceramah yang mengemukakan kebaikan-kebaikan kita, bukannya nasihat. Dan itu membuat para da’I harus menyesuaikan diri. Tentu saja agar tidak ditinggalkan jamaahnya. Wah, miris ya. Sekarang, para guru itu yang mencari murid, bukan malah murid yang mencari guru. 

Kalau saja, ia tidak mengurai ini dalam ‘Habib Think’, bisa jadi kita, atau aku secara pribadi, tidak mempermasalahkan hal ini. Hal yang secara tidak langsung bermakna, kita adalah murid yang sembarangan memilih guru yang benar-benar guru. Yang benar-benar mendidik. Meski memang aku tidak begitu menyukai guru yang terlalu pintar berakting itu, yang bisa membuat jamaahnya tertawa-tawa, dan kemudian pura-pura menangis dalam doa. Aku tidak kepikiran kalau itu juga adalah akibat tuntutan dari media sebagai wakil dari, ya, penonton manja.

Di akhir artikelnya, Habib menuliskan sebuah quote, “Jika kau memilih gurumu dengan baik, mereka akan memilihkan jalan yang baik untukmu. ” Semoga kita, para pencari ilmu lebih selektif memilih guru, memilih muallim, memilih ustad, dan memilih dai untuk menjadi panutan.

Kurasa, membaca pemikiran-pemikirannya yang tertuang dalam ‘Habib Think’ akan menambah wawasan dan keluwesan cara berpikir. Pembaca yang cocok untuk blog ini juga adalah mereka yang mau berpikir. Mereka yang tidak merasa cukup dengan pemahaman yang tersaji di depan mata tanpa mau menelaahnya lebih lanjut.

Untuk dapat lebih menarik, mungkin background blog, dan tata letaknya dapat dibuat lebih ‘hidup.’ Dengan warna yang lebih ceria, mungkin pembaca akan lebih betah. Tapi kembali lagi, bisa jadi ini menunjukkan kepribadian si pemilik blog. Apapun itu, inilah kekurangan yang paling mendasar menurutku. 

Well, ‘Habib Think’ adalah Habib Asyrafi dalam versi tulisan, yang tidak jauh berbeda dengan versi aslinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar