Bimanda Goes To Bandung BMBC
Maret 2013
Kami
masih terpaku di depan secretariat pasca menerima kenyataan tak menyenangkan di
pengumuman pemenang lomba Kampoeng Niaga. Masih ada serut-serut hati yang tak
rela. Barangkali karena kesombongan yang sudah menjajah otak kami. Merasa
hebat, dan tak pantas kalah. Yah, arogansi yang membuat kami merasa tak berdaya
ketika kami tak meraih kemenangan berarti di kompetisi itu.
“Ini
pelajaran berharga, kita akan menjadikan ini pijakan untuk prestasi yang lebih
baik. Setuju?”
Satu
suara memecah kebekuan. Dan untungnya, kami mulai tersadarkan. Ini cara Tuhan
memberi tahu kalau kami terlalu sombong.
“Bulan
10 nanti ada kejuaraan di Bandung. Gimana, ikut kita?” terdengar lagi, masih
suara yang sama.
Aku
dapat merasakan riuh semangat menggema kembali. Nyaris seluruh anggota bersorak
mengiyakan. Sementara kami, beberapa alumni perempuan yang duduk di satu pojok
hanya saling melempar pandang. Meski sudah dihujani pertanyaan kesediaan, tetap
saja tak bisa memutuskan.
Pun
aku. Ingin, tapi tetap tak mampu berujar ‘ya.’
September 2013
Galau
Setelah pertimbangan panjang, akhirnya kami --beberapa alumni perempuan tadi, memutuskan untuk ikut serta. Tapi, lagi-lagi, hati dihampiri ragu.
Tidak
akan dikatakan hati itu qulub, jika ia tak senantiasa berbolak- balik.
Barangkali dari 100 % anggota yang kemarin berseru lantang setuju untuk
mengikuti kejuaraan di Bandung, sekitar 30% yang sedang gundah, terjangkiti
virus ‘berangkat tidak ya?’ atau ‘aku mau berangkat, tapi gak punya uang’ atau
mungkin lagi, ‘aku pingin kali berangkat, tapi ayah sama ibuku gak ngasi izin.’
Yah,
fase itu memang bener-bener bikin galau. Ada yang harus gak masuk sekolah
selama 10 hari, harus cuti kerja selama 10 hari, harus bolos kuliah, padahal
baru aja resmi menyandang gelar sebagai mahasiswa. Dan dampaknya, semangat
latihan menurun.
Makanya,
aku salut sama 70% yang lain. Mereka tetap teguh latihan keras. Tetap optimis
untuk bisa berangkat, meski aku yakin di benak mereka pun terkubur banyak pertimbangan. Mereka
menepikan pandangan sebelah mata dari orang-orang yang tak percaya akan
kualitas mereka. Mereka tetap keukuh untuk berangkat, untuk melukiskan sejarah
baru di organisasi ini. Untuk menjadi cermin bagi pejuang-pejuang baru nanti.
22 Oktober 2013
“Welcome to Husein Sastranegara
Airport”
“Kita
di Bandung… Kita udah nyampe di Bandung,” tawa bahagia menyeruak begitu kaki
menjejak di tanah.
“Kita
akan mengukir sejarah baru bagi Bimanda. Kita akan bawa namanya melesat di
kancah nasional!”
“Kita
bisa, Bimanda bisa!!”
Ternyata
mimpi dan keinginan yang kuat berhasil membawa kami kesana, ke kota kembang. Yah, fase galau kemarin tak begitu kuat untuk
melumpuhkan niat kami. Sekarang kami disini, menjejak di kota orang untuk satu
hal : melukiskan sejarah!
Dengan
semangat menggebu, kami menikmati hari-hari dengan berlatih keras, melawan
perubahan cuaca yang siap membuat kami jatuh sakit kapan saja.
Selanjutnya,
perjuangan ini akan semakin berat. Tapi aku yakin, di kepala kami sudah
terpancak tajam kata-kata Imam Syafii, ‘berlelah-lelahlah, manisnya perjuangan
akan terasa setelah lelah berjuang.’
Dan
yah, kami menikmati proses ini. Tak ada
waktu yang boleh terlewat dengan percuma.
“Ingat
tujuan awal kita kesini ngapain. Kita bukan jalan-jalan! Ingat, kita punya
target, dan kita harus capai target itu!”
Kalimat
itu turut ambil bagian buatku meluruskan niat. Jujur saja, kemarin, aku sempat
berpikir untuk mencuri waktu buat keliling kota Bandug. Tapi nyatanya, justru
dalam doa, aku menyisipkan kalimat, “Ya Rabb, luruskan niat kami.”
27 - 28 Oktober 2013
The War Has Begin
Belajarlah
untuk lebih mementingkan proses dari pada hasil. Jika proses itu berjalan
dengan baik, hasilnya tak mungkin buruk. Tapi jika proses itu buruk, dan
hasilnya baik, berhati-hatilah. Barangkali Tuhan sedang menguji.
Semua
proses sudah kita lalui dengan maksimal, dengan segala upaya yang kita punya.
Para pelatih sudah mengerahkan seluruh kemapuan, player sudah berjibaku dengan
peluh, berharap memberikan hasil optimal. Dan doa sudah kita panjatkan bersama.
Ya, setelah semua itu yang kita butuhkan hanya satu : berserah diri,
bertawakkal, semoga Allah memberi hadiah yang pantas atas perjuangan kita.
Dan
ya, piala bergilir Pemerintah Provinsi Jawa Barat kita kantongi. Membawa nama
sekolah dan organisasi melesat di kancah nasional. Mimpi kita menyentuh
kenyataan. Kita sudah mengukir sejarah!
Perjalanan
ini akan menjadi kenangan terindah di hati kita, menjadi hal manis yang akan
kita ingat sampai nanti. Semoga akan ada waktu untuk kembali mengulang sejarah,
dengan hasil yang lebih baik, dengan tingkat kepuasan yang lebih nyata.
Semangat
para pejuang Bimanda..!! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar