Jumat, 23 November 2018

CURHAT DULUK..





Biar gak serius2 kali, gaes.. curhat duluk ah..

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari ini aku sedang dalam suasana hati yang sulit dijelaskan. Entah itu senang, galau, kacau atau apa. Tapi sepertinya aku pantas mendapatkannya. Ini akan menjadi salah satu pelajaran berharga dalam perjalanan hidup, yang semoga akan membawaku ke arah yang lebih baik.

Perasaan tak menentu ini bermula kemarin, saat aku mengikuti ujian untuk menjadi ASN. Ini ujian pertama yang kuikuti setelah lulus dari S1 sekitar enam tahun lalu, dan setelah lulus S2 setahun yang lalu. Yap, ini perdana. Aku belum pernah sama sekali mengikuti ujian seleksi kemampuan dasar (SKD) berbasis CAT. Simulasi juga gak pernah ikutan. Dulu pernah ada penerimaan ASN besar2an, tapi aku gak ikut karena saat itu aku lagi di Bandung mengikuti BMBC (Bandung Marching Band Competition). Gak ngerti deh, kenapa dulu lebih antusias ikut lomba daripada ikut ujian ASN. Wkwkwkwk.

Nah, karena kemarin penerimaan dibuka kembali, jadi daku mencoba. Mulai dari daftar online yang sistemnya sering down, sampek harus daftar di jam 11 malem saat mata sedang berat2nya. Terus login dan daftar online yang ngabisin waktu seharian. Aku serius, baru untuk daftar aja, makan tenaga dan menguras pikiran banget. Kemudian kemarin tibalah waktunya buat ujian. Jeng.. jeng.. jeng... pemirsah.. ini mendebarkan sekali. Kita nyampek lokasi ujian dua jam sebelum ujian dimulai. Dan begitu ngeliat orang-orang yang pake baju hitam putih, serupa kayak baju yang kupake, aku ser2an. Merasa perjuanganku bakal berat. *Banyak kali saingannya mak ee. T_T

Kali ini nilai passing grade (ambang batas) tidak bisa diakumulasikan untuk jalur umum. Jadi TWK nilai minimalnya 80, TIU minimalnya 75, dan TKP 143. Jujur, yang paling kukhawatirkan adalah ujian TWK. Aku gak hapal pasal2, gak hapal sejarah bangsa dengan baik, dan gak terlalu tertarik dengan segala yang berbau2 politik. Kirain soalnya begono, eh gak taunya beda. Hehehe. Dan yang paling tidak aku khawatirkan adalah bidang TKP. Karena pas baca2 di inet, kayaknya TKP gak susah2 amat. Dan ternyata daku salah besar. T_T

Well, dimulailah ujian kami jam setengah lima sore. Ujian yang berlangsung selama sembilan puluh menit itu berlangsung kondusif. Senyap. Soalnya panjang2 sekali, jadi harus membaca cepat sambil mampu memahami soal2 dengan baik.

Aku mulai gugup waktu melihat durasi waktu yang tinggal setengah jam lagi, sementara soal2 TKP yang belum kuisi masih banyak. Sampai di sisa lima menit terakhir, aku tuntas mengerjakan TKP. Sisa waktu kugunakan untuk ngecek kembali jawaban TWK dan TIU. Aku pede aja sama jawaban TKP. Memang kelihatannya jawabannya benar semua, baik semua, jadi aku mengira jawabanku sudah cukup baik. Tapi ternyata ... *Hiks..

Perolehan nilai TWK dan TIU ku terhitung cukup baik. Jauh di atas nilai ambang batas. Justru nilai TKP yang diluar prediksi. Aku kecewa. Sangat. Padahal TKP adalah ujian yang paling kuanggap mudah. Ternyata yang mudah itulah yang membahayakan. T_T

Emang ya.. yang membuat kita jatuh tersandung bukan batu besar, tapi justru kerikil kecil yang keberadaannya malah tidak terlalu kita khawatirkan. Aku menganggap enteng ujian TKP, dan akhirnya sekarang aku menyesal. Harusnya aku tidak hanya berfokus di TWK dan TIU, sehingga mengabaikan TKP. Sediiihh.. Hiks..

Jadi habis ujian, aku nyamperin mas yang nungguin aku di masjid. Dengan muka sedih dan putus asa, aku ngadu. Mas nepuk2 pundakku dan bilang, “udah gak apa2. Berarti belum rezeky tahun ini. Tahun depan kita coba lagi.” Dia mah legowo2 aja. Emang dia selalu kek gitu sih di segala situasi. Heran gue. -_-

Terus waktu aku ceritain tentang nilai dan kegagalanku di bidang TKP, mas bilang, “Indonesia ini punya banyak orang pintar, tapi belum tentu berkarakter.” Alis gue naik sebelah, “maksudnya mau bilang adek gak baik, gitu?” Mas ketawa. “Bukan, maksud mas, mungkin Allah kasih seperti ini karena Allah mau ada yang adek perbaiki dari kepribadian adek. Mungkin karakter adek gak sebanding dengan kecerdasan adek. Coba introspeksi dan diperbaiki.”

Omongan mas ada benernya. Eh, banyak benernya. Kayaknya aku memang sedang disuruh Allah untuk memperbaiki karakter agar memiliki akhlak mulia. Biar jadi istri soleha yang gak cerewet kali ye? Manalah bisa. Mana ada istri yang gak cerewet. Wkwkwkwk.

Eh, tapi kalo kupikir2, semua jawaban di TKP itu kayaknya benar semua loh. Sumpeh. Kayaknya jawaban yang kupilih sudah jawaban terbaik. Tapi kok... mungkin disinilah letak perbaikan karakter itu ya. Dari pilihan2 yang baik, ternyata ada pilihan yang paling baik. Dan itulah yang seharusnya dipilih. Begitupun dalam kehidupan sehari2.

Misalkan, kalo mas bilang, “mas lihat kayaknya adek lelah kali. Udah dek, kalo capek gak usah masak.” Nah, respon aku misalkan,
A). Nurut aja apa kata mas. Toh aku memang capek.
B). Tetap masak walaupun seadanya. Pokoknya asal mas bisa makan aja.
C). Ngajakin mas makan di luar aja.
D). Ngajakin mas buat bantuin di dapur, biar bisa tetap makan enak.
E). Minta tolong sama mas buat masak sendiri aja.

Nah loh? Jawab yang mana hayo? Itu jawabannya hampir baik semua kan, cuman pasti ada yang paling baik. Aku yang ngebikin soal aja bingung jawaban mana yang paling baik. Hahahahahhaa.
Tuh, model soal TKP itu ya kayak gitu. Duh, kalo inget itu, aku sedih lagi. T_T

Ada lagi omongan mas yang makjleb kali. Aku bilang ke mas, “mungkin adek kurang banyak doa kali ya mas? Makanya belum diijabah Allah.”

Mas ngangguk, terus bilang, “Mungkin juga karena kurang dekat.”

Deg!

“Mas lihat, adek suka ngulur2 waktu solat. Ngaji udah jarang. Tahajjud udah gak pernah lagi. Kita harus dekat sama Allah, biar Allah sayang sama kita.”

Disinilah moment betapa bersyukurnya aku diberi pendamping yang bisa membimbing. Gak sekedar jadi teman tertawa, tapi jadi teman yang bisa membina. Mengingatkan kepada yang baik dan dengan cara yang baik pula. Alhamdulillah.

Semoga kita bisa menjadi teman hidup selamanya. Yang saling mengisi dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Sehidup se-syurga. Aamiin.

Iloveu unconditionally, hubby. :*

Paling tidak, jikapun aku belum beruntung untuk bisa bergabung menjadi ASN, at least, aku sudah punya pasangan dan masa depan bersamanya. Hahahahhaaseeeeekk.. Wkwkwkkwwk.

Jadi, dari tulisan ini, walaupun banyak lebay-nya, ambil hikmahnya ya gaes. Jangan sepele-kan kerikil kecil sekalipun. Karena yang kecil, yang kita anggap remeh temeh, justru bisa membuat kita terjungkang, dan sakit. Iya, sakit tapi tak berdarah. Hehe.

Lagi pengen majang foto ini ajjah.. hhahahha.. XD
Tetap semangat buat yang belum berkesempatan jadi ASN tahun ini ya. Kita coba lagi tahun depan. Kali aja setelah kita banyak belajar dan memperbaiki diri, rezeky kita semakin dekat. Kalaupun belum jadi ASN, percayalah, bumi Allah ini luas. Rezeky ada dimana saja asal kita terus berusaha. J
Udah dulu ah, ntar dikira mau nyaingin Merry Riana pulak. Wkwkwk.

Wassalamualaikum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar