Tak pernah ada yang namanya kebetulan. Semuanya sudah tertulis dan ditakdirkan. Pun mengenalnya. Entah itu adalah jalan untukku mendewasakan diri, atau mengukur seperti apa aku berusaha memiliki keluasan hati.
Ini
memang kisah klasik anak muda. Bukan hal yang luar biasa sebenarnya jika suatu hal
yang tadinya diharapkan berjalan baik berujung pada kesia-siaan. Tapi tetap
saja, yang namanya kegagalan pasti ada pahit2nya. Ini normal. Karena sejatinya
kita gak akan bisa merekatkan hati yang tak menyatu.
Inilah
alasan kenapa aku merasa nggak cocok sama yang namanya perjodohan. Bukan karena
aku membangkang. Tapi lebih ke “gimana caranya aku menerima orang baru yang
tiba2 akan menjadi seseorang dalam hidupku. Begitu pula dia.”
Kita
hanya ingin merajut komitmen dalam hubungan kita. Tanpa ada bumbu2 penyedap di
dalamnya. Kita bukan dua orang yang saling mengagumi, bukan orang yang saling
menaruh simpati, terlebih kita hanya dua orang yang baru saja saling mengenal.
Memang
tak ada yang salah dengan ta’aruf yang kami lakoni. Sah2 saja. Toh kami memang
tak pernah terpaut dalam hubungan asmara yang katanya mendekati zina. Kita hanya
mencoba menautkan hati atas nama komitmen. Berusaha membahagiakan orang tua dan
saudara yang sangat mengharapkan kami berdua bakal cocok. Tapi hey, mereka
hanya memikirkan diri mereka sendiri. Pernah nggak sih kepikiran gimana
sebenarnya perasaan kami?
Aku
nggak tau apakah penting bagi mereka untuk tau apa yang sebenarnya kami rasakan.
Tapi pergulatan batin yang berat harus kami lakoni beberapa saat setelah
perkenalan itu. Kami punya kehidupan kami masing-masing. Pun ada seseorang
dalam hati yang mungkin tak kuasa untuk disampaikan kepada mereka untuk beberapa
alasan. Pernah nggak ya mereka memikirkan ini? Ah ya, tentu tidak. Perkenalan dan
perjodohan ini kami yang setujui. Ini jelas membuat mereka berpikir bahwa tak
ada orang lain yang ada di hati kami. Ini bukan salah mereka. – Salah kami – Atau
salah waktu –
Pada
akhirnya kita harus berjalan masing-masing, dan menyudahi angan-angan tentang
komitmen yang kita bicarakan di awal. Ini perjalanan. Apa saja bisa kejadian. Perjalanan
yang kita awali dengan indah saja bisa berujung di persimpangan. Jika sudah
seperti ini, seperti yang kemarin2 pernah kuceritakan, yang terluka “bukan
hanya kita” secara pribadi, tapi orang tua.
Buatku,
ini adalah hal biasa. Gagal itu biasa. Mereka2 yang lama jalan sama2 saja bisa
aja gak berujung manis. Apalagi perjalanan yang kita mulai tanpa bumbu apapun. Hanya
sekedar berjalan dengan harapan bakal nyampe tujuan sama2. Tanpa menimbang akan
ada banyak tikungan, turunan dan tanjakan yang bakal kita lewati dan akan ada
banyak orang yang akan kita temui. Siapa sangka, kita bakal ketemu dengan kepingan
masa lalu yang kita simpan rapat selama ini?
Aku
pernah bilangkan, akan ada beberapa hal yang gak pernah bisa kita prediksi. Sama
seperti masalah ini. Mungkin kita memang komit untuk berjalan bersama, tapi
semuanya bisa berubah seiriring waktu. Dan aku juga bilang (lagi), untuk
sesuatu yang berjudul perjodohan memang tak semenarik, tak seindah cerita orang–orang
tua. Bukan pula karena aku tak menganggap perjalanan ini hal yang serius. Karena
sejujurnya aku pun merasa tak enak hati dengan kejadian ini. Tapi yang namanya
perjalanan tetap adalah perjalanan.
Kata
mama, “kalo memang gak jodoh ada aja jalannya untuk pisah.” Makanya aku merasa
ini adalah hal yang wajar. Beruntung sekali aku tak pernah berupaya untuk
merekatkan hal yang tak mungkin bersatu. Aku pernah tersinggung, dan aku
memutuskan untk tak akan pernah lagi tersinggung untuk masalah ini. Dan ya,
pilihanku tepat. Aku berhasil melepaskan hal yang tak sepantasnya kugenggam. Aku
melepaskan hal yang tak selayaknya kupertahankan.
Sedih
sih nggak. Malunya ini loh. Gak tau deh, kayaknya untuk kisah yang gagal ini
rasa yang dominan itu rasa malu. Bukan lagi sedih. Aku malu aja gitu ke mama,
ke orang tua, ke keluarga besar. Mereka pasti ngira aku desperate banget. Padahal
seperti yang sudah2, mama yang paling sedih saat tau anaknya terluka. Akunya sih
tergores dikit aja, eh mama udah berdarah2. -_-“ Yaudahlah ya, mau gimana. Hahahhaa. Jadi lucu
sendiri deh nulis kek ginian. :v
Ini
lagu yang kemarin kita coba mainkan. Lagu yang tak selesai. Tak apa. Biarlah ini
menjadi pembelajaran, pendewasaan diri. Saat ini mungkin kita terluka, namun suatu
ketika, kita akan sadari betapa besar hikmah yang bisa kita petik dari kejadian
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar