Selasa, 19 Juni 2012

 Sekedar Mengenang Atau Memutar Kembali? 


Ini kisah cinta konyol tentang dia. Seseorang yang sungkan untuk kusebutkan namanya. Aku yang tadinya hanya ingin membaca kembali novelet-novelet manis hasil karyanya yang memang kusimpan di rak buku, tak sengaja menemukan sebuah tulisan yang baru kuterima beberapa minggu lalu. Tulisan dari tangan dekilnya. Coretan yang mewakili isi hatinya tentang seorang wanita. Siapa? Mungkin saat ini ia masih belum ingin aku menuliskan namanya. Jadi, tak usah memusingkan siapa dia, dan siapa wanitanya itu. Mari kita nikmati perjalanan cinta konyolnya ini.  :p
***
Gadis itu mendekatinya sambil tertunduk malu. Tampak sedikit gugup ketika dia mulai melemparkan pertanyaan. Ia menatap si gadis lekat-lekat, memberikan pandangan yang sudah diupayakan terlihat berwibawa. Ia ingin terlihat pantas dipandang sebagai senior. Sementara si gadis, setelah tiga menitan ditikam tatapan wibawa si pria, nampaknya sudah mulai bisa menguasai diri, menetralisir rasa malu dan gugup yang berlebihan dan memberanikan diri menatap matanya. Kemudian dengan luwes jawaban-jawaban mengalir bagai air dari bibirnya. Sesekali ia tersenyum. Senyum yang tanpa disadarinya membuat si pria malah salah tingkah. Tak ada yang istimewa dari gadis itu sebenarnya, namun mungkin cara si gadis menjawab pertanyaan yang ia ajukan, senyum yang sarat makna, juga tatapan mata yang tajam menusuk itu menawarkan karakter yang berbeda buat si pria. Ada kagum yang berkelebat di hatinya.
Kagum itu tak berubah di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Sikap dan sifat yang dewasa yang dipancarkan si gadis membuat kagum itu tetap ada. Si pria yakin ada potensi besar pada diri si gadis. Namun, kecewa juga turut campur menghiasi kagum itu. Si gadis menggantungkan semua tanggung jawab yang di bebankan pada mood-nya. Tak peduli dengan keadaan sekitar, yang pasti saat mood-nya buruk, ia akan mengabaikan apapun. Kekesalan si pria memuncak. Ia tak bisa membiarkan si gadis terlalu abai dengan lingkungan kerja yang seharusnya ia tanggungjawabi. Ia mengambil sikap tegas. Ketegasan yang malah disalah artikan oleh si gadis itu. Gadis itu memang bebal. Ia malah menganggap si pria sengaja ingin menyingkirkannya dari dunia kerja mereka. Dan saat itu ia juga menegaskan ia akan keluar.
Air mata si gadis tak kunjung berhenti. Pun ketika si pria sudah melonggarkan egonya untuk minta maaf. Gadis itu merasa tak perlu ada kata maaf, toh ia sudah tau maksud dari si pria dan akan segera melakoninya. Sudahlah, fikirnya. Si pria mencapai titik galau tertinggi. Ia yang awalnya hanya ingin menyajikan shock terapy malah dianggap ingin menyingkirkan.
Ya, semua terjadi begitu saja. Air mata itu, moment itu, masih membekas hingga kini di hati si pria. Meninggalkan jejak yang dalam. Sejak itu, ntah kenapa, si pria malah memiliki perasaan yang berbeda terhadapnya. Ditambah lagi entah kenapa dan kapan, si gadis pernah mengucapkan sebuah mantra yang membuat hati si pria mungkin terkejut, atau bahkan sempat pingsan, “tetaplah jadi alasanku untuk bertahan.” Kalimat yang terlukis di langit-langit kamar, di cermin, sampai di bantal guling. Kalimat yang begitu hangat memeluknya seakan ia punya prestise untuk mengubah udara dingin menjadi hangat. Hanya satu kalimat, tapi mampu merobohkan genggamannya yang kokoh.
Namun, kembali lagi, semua mengalir begitu saja. Gadis itu terlalu misterius. Sorotnya yang tajam sulit diartikan. Si pria mulai patah arang. Walau kadang ada sebersit kerlingan yang menurutnya si gadis juga memiliki rasa yang sama, ia masih ragu. Khawatir kalau itu hanya tatapan sayang seorang adik kepada abangnya. Akhirnya pria itu memilih mengubur harapnya untuk bisa bersama si gadis. Ia mulai mengubur bayang-bayang gadis itu. Perlahan, tapi ia berhasil. Sampai ia mengisi ruang kosong dihatinya dengan sosok gadis lain.
Konyolkan? Bahkan untuk menyatakan saja, ia harus menimbang beribu kali. Beribu kali sampai ia terpaksa harus memupuskan harapnya karena ia mendengar kabar kalau si gadis menyukai orang lain. Padahal entah bagaimana, belakangan si pria dan si gadis tau, bahkan rekan kerja mereka sudah merasakan ada yang aneh dan tak biasa dari mereka. Tapi itulah takdir. Kita tak tau kemana ia akan membawa aliran itu bermuara. Kini, setelah kejadian dua tahun lalu itu, si pria agaknya mulai memberanikan diri mengutarakan isi hatinya. Kita lihat saja, apakah hanya sekedar mengenang masa lalu, atau ingin dan akan memutar kembali?
***
Ada pesan moralnya loh, guys. Kan kita harus bercermin dari kisah orang lain biar gag ngelakuin kesalahan yang sama. Jadi, dari semua kisah yang kita dengar, kita lihat, bahkan kita baca, kita harus bisa mengambil hikmahnya. Nah, kalo dari kisah ini, aku bisa memetik hikmah, tak perlu memaksakan fikiran untuk menuruti apa kata hati. Mungkin, justru dengan tak memaksakan itu, semua malah akan indah pada waktunya. Pada saat yang tepat. Tapi, bisa saja kejadiannya malah terbalik. Bisa saja setelah sekian lama rasa itu di pendam, ia menghilang bahkan tanpa bekas. Yang lebih sedih lagi, kalo rasa itu masih ada di satu hati sementara hati yang lain sudah melupakan. Beragam kejadian bisa terjadi di masa depan, bukan? Jadi, mari ikuti aliran taqdir. Biarkan ia membawa kita pada suatu muara yang indah. ^_^

2 komentar: