5cm. Aku pernah lihat bukunya di Gramedia. Covernya warna merah tanpa ada ilustrasi apa-apa. Anehnya, aku tidak menyentuhnya sama sekali. Padahal, hampir semua novel yang nyastra pasti gag pernah luput dari tanganku. Minimal untuk membaca sinopsisnya. Novel ini terlewat mungkin karena covernya yang bagi mataku yang amatiran ini kurang menarik atau karena judulnya yang terlalu ambigu. Entahlah.
Tapi
sejak tanggal cantik 12-12-12, peluncuran 5cm. dalam format film, perhatianku
sontak tersedot. Dan akhirnya kemarin, keinginan nonton film ini kesampaian
juga. Berikut resensinya. ^_^
Film
5cm. yang diadaptasi dari novel best seller karya Donny Dirghantoro yang sudah memasuki cetakan ke 25
pada bulan Desember 2012 ini menceritakan tentang lima sahabat
yang sudah sangat dekat selama sepuluh tahun. Tidak pernah melewatkan weekend
tanpa nongkrong bareng. Mereka adalah Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot
Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji). Kelima sahabat ini punya
keunikan masing-masing. Mulai dari Zafran yang puitis, sibuk merayu Dinda, adik
Arial, tapi tak pernah bersambut karena sifat Dinda yang terlalu datar. Arial,
cowok berbadan oke tapi grogian kalo ketemu cewek dan kebiasaannya membawa
kecap kemana-mana hampir melunturkan tingkat ke-macho-annya. Ian, si gendut
yang doyan banget makan mi, nonton bokep, sama gag lulus2 kuliahnya. Sampai Genta
dan Riani, yang terkena loving friend syndrome, tapi sama2 gag pernah berani
untuk ngungkapin karena takut akan kehilangan sosok sahabat itu sendiri.
Ceritanya
dimulai waktu Genta ngusulin untuk mereka pisah dulu selama beberapa waktu
untuk menghilangkan ‘jenuh’ yang tanpa terasa sudah mengiringi hari-hari
mereka. Riani sempat gag setuju, tapi dengan dikuatkan oleh keempat sahabatnya,
Riani akhirnya setuju.
Kemudian
disepakatilah mereka tidak ada kontak sama sekali selama tiga bulan, dan pada
tanggal yang sudah ditentukan, mereka bertemu di stasiun kereta. Menuju suatu
destinasi yang kata Genta gag akan pernah mereka lupakan seumur hidup. Dan destinasi
apakah yang dimaksud Genta? Yup, mendaki gunung tertinggi di daratan Jawa, Gunung
Semeru.
Ada
satu rasa yang menjalar-jalar dihatiku kala menyaksikan kelima sahabat ini
akhirnya bertemu di stasiun kereta. Saling mengungkapkan kangen masing-masing. Chemistry
yang mereka ciptakan sangat terasa. Kerenlah pokoknya. Dan kali ini mereka
tidak hanya berlima, Dinda, adik Arial turut serta. Jelas saja ini membuat
semangat Zafran menggebu-gebu. Di dalam kereta, Zafran sempat beradegan romantic
dengan cewek ini. Dengan sok romantic, Zafran mengajak Dinda menyaksikan
pemandangan dari pintu kereta. Dengan melongokkan kepala dan separuh badan
keluar. Menikmati anak angin yang menampar-nampar wajah.
Well,
perjalanan yang sebenarnya dimulai ketika mereka sudah di kaki gunung Semeru. Dengan
tekad kuat, mereka mulai mencetuskan semangat masing-masing. “Untuk sampai
disana, kita hanya butuh kaki yang lebih lama berjalan dari biasanya, tangan
yang bekerja lebih keras dari biasanya, mata yang menatap lebih lama, dan mulut
yang senantiasa berdoa.” Untuk yang ini aku gag ingat persis redaksi
kalimatnya. Hehehe. Yang jelas waktu mereka mengucapkan, kalimat itu seperti
mantra, punya kekuatan yang bisa menghantarkan mereka ke puncak gunung Semeru. Sambil
meletakkan jari telunjuk lima senti meter di depan kening masing-masing, mereka
mulai menjejak.
Medan
yang mereka lewati benar-benar berat. Pasirnya tidak boleh dipijak terlalu
kuat, karena di khawatirkan akan bergeser, abu vulkanik yang tebal, sampai
kemungkinan batu-batu yang berjatuhan dari atas. Tapi dengan keinginan kuat,
dengan tekad yang sudah digantungkan lima senti meter di depan kening, mereka akhirnya
bisa menjejakkan kaki di puncak Semeru. Menyaksikan samudra di atas awan dan
yang paling penting mengibarkan sang saka merah putih di puncak Semeru.
Di
puncak ini, akhirnya mereka menemukan cita dan cinta mereka. Ending yang sulit
di tebak. Di awal kisah, Genta dan Riani dibuat seolah menyimpan perassaan
berbeda diantara keduanya. Saat Genta mengutarakan, yang dengan penuh
perjuangan banget, Riani malah menolak.
“Bukan
kamu, Ta. Bukan kamu yang ada di hati Riani. Nama itu Zafran.”
Kalimat
Riani sontak membuat Genta kaku. Diam dalam pelukan Riani yang ternyata
menyukai Zafran. Serunya, Zafran ternyata mendengar kalimatnya. Dan ternyata
Riani-lah alasan Zafran untuk terlahir di dunia. Dan Dinda, ternyata malah
menyukai Genta, bukan Zafran. Bingung? Nonton aja deh langsung. :D
Kekurangannya,
film ini sedikit lebay saat menggambarkan perjalanan mereka menuju puncak. Mereka
berlima berjalan tanpa bantuan tali sama sekali. Padahal jelas, mereka amatir
dalam hal mendaki. Jadi kesannya maksa banget. Sampai saat ini, saat aku
mengingat-ingat film yang kutonton kemaren itu, baru itu kekurangan yang
kutemui.
For
The Last, Film ini bagus dan recommended banget buat kamu-kamu yang haus film
berkualitas dan sarat pesan. Rizal Mantovani, sang sutradara berhasil membuat
film yang memamerkan keindahan alam Indonesia, menciptakan chemistry kecintaan
pemuda pada bangsanya, dan menyiratkan bahwa dengan tekad kuat setinggi apapun
impian kita, tak ada hal mustahil.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar