Selasa, 04 Desember 2012

Janur-Janur Itu Melengkung.. ^o^


Bismillahirahmanirrahim..

Hmm, perasaan belakangan bukan hari Minggu deh, tapi kenapa sibuknya udah kayak hari membabu buta sedunia itu ya? Heran. Entah sibuk apa, yang jelas aku merasa sibuk saja. mungkin bukan benar-benar sibuk, tapi sok sibuk. Semoga saja tidak. #udah nge-judge, langsung membela diri lagi. Cara basi. :p
Well, agaknya rumah ‘maya’-ku udah terlalu lama tak di up date. Awalnya tak begitu menjadi masalah. Tapi begitu ada yang bertanya-tanya akan postingan selanjutnya, daku jadi merasa harus segera nulis. Apapun-lah buatmu, wahai pengunjung setia. :D #lari kesana kemari sambil nyanyi dangdut saking girangnya.

Dubidubidubaee.. ^o^

Eh, ini bulan nikahan sedunia ya?? perasaan jemaah haji sudah pada balik ke tanah air dan musim melengkungnya janur udah usai. Ternyata belum sodara-sodara. Aku dibuat shock dengan undangan yang beruntun nyampe rumah. Belum lagi undangan yang mampir ke sekolah. Buanyak. Ciyus!

Kalo undangan yang mampir ke sekolah gag usah dibahas deh ya. aku juga gag begitu kenal sama ahli baitnya. Wong yang ngundang biasanya itu tante atau om bocah-bocah RA atau PAUD. Yang aku kenalkan mama mereka. Soalnya mama mereka yang biasanya mampir ke kantor buat nanya-nanya perkembangan anak didik, agenda sekolah dalam waktu dekat, atau paling banter buat bayar SPP. Nah, jadi aku mau nulis undangan yang mampir ke rumah aja deh ya.

Rentetan peristiwa pernikahan ini diawali dari suatu hari yang aduhai. Saat aku sedang melanglang buana menghadiri undangan syukuran wisuda beberapa orang teman. Bersualah daku dengan calon mempelai. Mereka lantas menyerahkan undangan berwarna hijau dan bilang, “jangan lupa datang ya kak beb.”

Semoga Menjadi Keluarga Samara
Tau tidak seperti apa ‘wow’-nya aku saat menerima undangan itu? ‘wow’-nya cetar membahana badai halilintar. Aku tau sih kalo mereka punya rencana buat nikahan. Dan aku juga tau komitmen yang mereka bangun seperti apa. Soalnya curhatnya ke aku sih. Dan, setelah melewati beragam rintangan dan halangan, akhirnya niat mulia mereka diberi kemudahan jua oleh-Nya. Akhirnya mereka nyebar undangan juga. Alhamdulillah. Oya, ‘wow’ yang lain adalah, mereka itu adek stambuk aku di kampus. Belum wisuda. Masih di semester 7. Dan mereka sudah berani melangkah. Langkah yang pasti untuk meraih ridho-Nya. Ngapain coba pacaran lama-lama kalo bisa langsung di halalkan? :) Barakallah ya bebebs-kuh saiank, Ayu dan Bima.

Nah, kabar gembira selanjutnya berasal dari teman sekelasku di kampus dulu. Rekan seperjuangan juga waktu ngejar wisuda bulan Mei 2012. Si beliau ini udah lama cerita kalo dia mau nikahan sama cinta pertamanya. #sadaap. Beneran. Mereka pacaran dari esempe. Bayangin udah seberapa tebal karat cinte mereka? Dan akhirnya setelah sekian lama, mereka akan bertemu di depan tuan kadi. Alhamdulillah ya. Barakallah abangda Sadzali dan kak Hafni. Especially buat kak Hafni, semoga naskah kita jadi kado buat pernikahan kakak. :)

Next, berita bahagia berasal dari rekan contributor antologi cerpen ‘Aku Sayang Kamu’ part I dan part II. Mereka berdua contributor di part I, judul bukunya ‘Kado Untuk Pasutri’. Tak disangka-sangka ternyata ‘kado’ itu benar-benar menjadi kado untuk pernikahan mereka. Wah, sesuatu ya rasanya berjodoh dengan rekan sesama contributor. :D Semoga menjadi keluarga yang samara ya mba Zuifa Sanashalaufa dan mas Andi Bagas Pratama. Barakallah.

Trus lagi, aku dapat undangan via udara dari temen esempe. Di akhir obrolan singkat seputar kabar, dia bilang, “hari Minggu datang ya. Aku merit. Undanganmu kutitipin sama Ajeng. Soalnya aku gag tau alamatmu yang sekarang.” Barakallah buat Kang Ucup dan mempelai wanitanya. Semoga bahagia. :)

Empat undangan. Kesemuanya adalah pernikahan. Benarkah bulan ini memang bulan nikahan sedunia? Belum lagi, beberapa hari lalu aku terlibat obrolan panjang tentang buku nikah. Hahaha :D Perihalnya sederhana. Dia melihat beberapa buku nikah dari beberapa pasangan yang akan menikah di balai KUA yang dibawa mama pulang. Ada pasangan yang minta buku nikahnya dibawa pulang sama mama biar di ambil di rumah aja. Soalnya kalo siang mereka pada kerja. Jadi gag bisa ngambil di kantor. Nah, kemaren, waktu dia berkunjung ke rumah dan melihat buku-buku nikah itu, dia nanya, “kenapa buku nikah dibuat dua jenis, buat istri dan buat suami? Kenapa gag dijadikan satu dan kemudian dibuat dua rangkap. Jadi judul buku nikahnya ‘buku nikah suami isteri’?”
Barakallah.. ^_^

Aku cuman geleng-geleng kepala. Sumpah. Bertahun-tahun mama kerja di Kantor Urusan Agama, dan berkali-kali aku melihat berkas-berkas nikah, belum pernah aku kepikiran menanyakan ke mama hal yang tadi ia tanyakan. -__-“

Ooh..pernikahan..

Rasa-rasanya aku masih terlalu imut (baca : kecil) untuk membahasmu. Jadi, gimana kalo kusudahi saja coretan ini? Ide brilliant !!!


Well, pembaca setia, ini kusuguhi cemilan tulisan tentang pernikahan. Semoga dikau tidak menganggap tulisan ini terlalu tua untuk daku yang masih kencur ini. :D Dan untuk silent readers, diammu tetap akan memicuku untuk terus menulis. Terimakasih. :) :) :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar