Bbbrrr… !!!!
Ujan
deres ini bikin aku kangen guling sama selimut tebelku di kamar. Pengen rebahan
sambil ngebalut badan dan tidur sampe dzuhur. Tapi nyatanya sekarang disinilah
aku, di ruangan kantor yang berisik karena suara hujan deras sambil menjamahi
body item (baca : laptop), sambil sesekali diselingi dengan menguap.
Well,
bukan itu yang ingin kubagi sebenarnya. Ada beberapa hal yang belakangan
memenuhi benakku. Hal yang entah kenapa kurasa harus kutuang ke dalam aksara
agar tak menyisakan gundah yang lama. Menulis adalah media relaksasi bukan? :)
Jadi
kisah itu dimulai ketika aku dan beberapa alumni dan calon dewan penasehat LPM
Dinamika IAIN SU temu ramah di Warung Steak and Shake. Menyantap makan malam
sambil ber-haha-hihi. Eh, tidak, ketawa-ketiwinya itu dilanjutkan pas siap
makan. Soalnya pas makan semuanya pada serius menekuri piring masing-masing
(baca : kelaperan). Pas ber-haha-hihi itulah ceritanya berawal.
Mungkin
untuk sebagian orang, menganggap pria yang merokok itu hal yang biasa. Lumrah.
Tapi aku tidak. Nah, kemaren itu abis makan, ada abang2 yang nyalain rokoknya.
Seingatku, dulu, si abang ini keknya gag merokoklah. Kok sekarang? Jadi, aku
langsung nanya, “eh, dulu abang gag merokok, kan?” Dia menggeleng dan disambung
dengan kalimat yang menjadi inti coretan ini, “semenjak di break sama kak A*ys.”
#OLALA..
Aku
jadi teringat sama kisah adikku, Arif. Dulu, bocah ini *segede apapun badannya
sekarang, dimataku dia selalu masih bocah* anti banget sama rokok. Gag pernah
ikut-an temennya walaupun hampir semua teman2nya itu merokok. Dan semuanya
berubah ketika dia mengenal hal lebay bernama ‘cinta’. Soalnya dulu, selain
anti sama rokok, dia juga anti pacaran. Sampe waktu kakak kelasnya nembak, dia
malah ketawa-ketiwi, nganggep itu cuman lelucon. Untung kakak kelasnya gag
ngamuk2. :p
Tapi
semuanya kontan berubah waktu dia menjadi wakil dari Sumatera Utara untuk
olimpiade sains tingkat nasional di Jakarta. *bangga juga aku jadi kakaknya.
Hahaha* Disana dia kenal seorang cewek yang juga menjadi wakil dari daerahnya,
Jawa Barat bernama P*tri. Konon, cewek ini cerdas gilak, cantik pisan, solehah
juga. Awalnya aku gag percaya sekalipun Arif udah nunjukin poto2nya. Soalnya
pas kuliat, komentarku cuman, “oh, ini. Gag cantik2 amat.” Bukan gimana2 sih,
tapi memang itulah opini-ku pas sekilas ngeliat. Tapi aku sontak percaya waktu si
Ganjar dkk berkomentar kalo si cewek itu memang geulis pisan. Nah, jadi singkat
cerita fall in love lah Bang Tigor (baca : Arif) sama dia. Setelah pada pulang
ke kota asal masing2, mereka mulai kontak via udara. Begitu seterusnya sampai
ternyata gurat takdir mempertemukan mereka lagi. *so sweet*
Setelah
lulus di SMK, Arif diterima bekerja di PT. GSI SAMSUNG. Mereka yang lulus
menjadi karyawan diberi pelatihan selama tiga bulan di Condet, Jakarta Pusat.
Nah, berbekal teman-teman yang segera menjadi saudara, Arif pun berniat
mengunjungi P*tri di Bandung. *ceilaa* singkatnya, bertemulah bereka di kampus
UPI, tempat awewe’ ini mengais ilmu.
Setelah
beramah tamah dengan si cewe, silaturahmi ke rumahnya dan ketemu uminya, si
Arif petentengan minta diketemuin sama cowok si P*tri. *alamak* Singkatnya
lagi, bertemulah mereka, ngobrol sebentar,
terus dan seterusnya gag begitu penting. Pokoknya Arif ternyata
dihadapkan pada satu nyata bahwa P*tri sudah dimiliki orang lain. *bahasa gua*
Pas
kutanya kenapa dia sok tau kalo P*tri udah punya cowok, dia cuman bilang, “ntah
kak. Pokoknya aku kayak ngerasa aja. Dan ternyata betul.” Selepas itu semua,
setelah say goodbye ke P*tri dan cowoknya, Arif yang kemaren di temenin sama
Ganjar balik ke rumah Ganjar yang kebetulan memang di daerah Bandung juga.
Disitulah adikku yang seperti kubilang, masih bocah itu merasakan untuk yang
pertama kali dalam hidupnya akan getir bernama ‘patah hati’.
Dan,
setelah itu pula ia kemudian berkenalan dengan hal yang paling kubenci
sepanjang sejarah, ‘rokok’. Konon, patah hati itu katanya adalah hal yang paling
sangat tidak menyenangkan dalam hidup. Sakitnya tak tertanggungkan. Aku sepakat.
Toh aku juga pernah merasakan, dan opini itu memang tak terbantahkan. Tapi mungkin,
sakit yang dirasa oleh adikku itu sedikit lebih banyak kuantitasnya. Soalnya,
percaya atau tidak, gadis inilah yang telah merebut ‘the firs love’-nya adikku.
Yang kemudian menyapanya di usia tujuh belas tahun.
Poinnya
adalah, ternyata hal itu bisa membuat dua pria yang awalnya juga membenci malah
menjadi pengguna. Separah itukah? Kedua pria inikah yang memang terlalu lebay
mengekspresikan kesedihannya atau memang seperti itulah impact yang diberikan
oleh luka yang disebabkan ‘patah jantung’ eh, ‘patah hati’?
Entahlah,
yang kutahu, agaknya mereka berdua harus segera di-ruqyah agar sadar kalau apapun alasannya mereka tak pernah berhak
menyakiti diri mereka sendiri dengan mengonsumsi zat kimia yang ada di dalam
rokok. Mereka harusnya bisa lebih bijak. Lebih bisa berfikir jernih. Ahh,
seandainya saja semua orang yang seperti mereka bisa menimbang-nimbang baik
buruk rokok sebelum terlanjur meluapkankan emosi melalui asapnya.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar