Kamis, 20 Desember 2012

IMPACT OF THE BROKEN HEART


Bbbrrr…  !!!!

Ujan deres ini bikin aku kangen guling sama selimut tebelku di kamar. Pengen rebahan sambil ngebalut badan dan tidur sampe dzuhur. Tapi nyatanya sekarang disinilah aku, di ruangan kantor yang berisik karena suara hujan deras sambil menjamahi body item (baca : laptop), sambil sesekali diselingi dengan menguap.

Well, bukan itu yang ingin kubagi sebenarnya. Ada beberapa hal yang belakangan memenuhi benakku. Hal yang entah kenapa kurasa harus kutuang ke dalam aksara agar tak menyisakan gundah yang lama. Menulis adalah media relaksasi bukan? :)

Jadi kisah itu dimulai ketika aku dan beberapa alumni dan calon dewan penasehat LPM Dinamika IAIN SU temu ramah di Warung Steak and Shake. Menyantap makan malam sambil ber-haha-hihi. Eh, tidak, ketawa-ketiwinya itu dilanjutkan pas siap makan. Soalnya pas makan semuanya pada serius menekuri piring masing-masing (baca : kelaperan). Pas ber-haha-hihi itulah ceritanya berawal.

Mungkin untuk sebagian orang, menganggap pria yang merokok itu hal yang biasa. Lumrah. Tapi aku tidak. Nah, kemaren itu abis makan, ada abang2 yang nyalain rokoknya. Seingatku, dulu, si abang ini keknya gag merokoklah. Kok sekarang? Jadi, aku langsung nanya, “eh, dulu abang gag merokok, kan?” Dia menggeleng dan disambung dengan kalimat yang menjadi inti coretan ini, “semenjak di break sama kak A*ys.”

#OLALA..

Aku jadi teringat sama kisah adikku, Arif. Dulu, bocah ini *segede apapun badannya sekarang, dimataku dia selalu masih bocah* anti banget sama rokok. Gag pernah ikut-an temennya walaupun hampir semua teman2nya itu merokok. Dan semuanya berubah ketika dia mengenal hal lebay bernama ‘cinta’. Soalnya dulu, selain anti sama rokok, dia juga anti pacaran. Sampe waktu kakak kelasnya nembak, dia malah ketawa-ketiwi, nganggep itu cuman lelucon. Untung kakak kelasnya gag ngamuk2. :p

Tapi semuanya kontan berubah waktu dia menjadi wakil dari Sumatera Utara untuk olimpiade sains tingkat nasional di Jakarta. *bangga juga aku jadi kakaknya. Hahaha* Disana dia kenal seorang cewek yang juga menjadi wakil dari daerahnya, Jawa Barat bernama P*tri. Konon, cewek ini cerdas gilak, cantik pisan, solehah juga. Awalnya aku gag percaya sekalipun Arif udah nunjukin poto2nya. Soalnya pas kuliat, komentarku cuman, “oh, ini. Gag cantik2 amat.” Bukan gimana2 sih, tapi memang itulah opini-ku pas sekilas ngeliat. Tapi aku sontak percaya waktu si Ganjar dkk berkomentar kalo si cewek itu memang geulis pisan. Nah, jadi singkat cerita fall in love lah Bang Tigor (baca : Arif) sama dia. Setelah pada pulang ke kota asal masing2, mereka mulai kontak via udara. Begitu seterusnya sampai ternyata gurat takdir mempertemukan mereka lagi. *so sweet*

Setelah lulus di SMK, Arif diterima bekerja di PT. GSI SAMSUNG. Mereka yang lulus menjadi karyawan diberi pelatihan selama tiga bulan di Condet, Jakarta Pusat. Nah, berbekal teman-teman yang segera menjadi saudara, Arif pun berniat mengunjungi P*tri di Bandung. *ceilaa* singkatnya, bertemulah bereka di kampus UPI, tempat awewe’ ini mengais ilmu.

Setelah beramah tamah dengan si cewe, silaturahmi ke rumahnya dan ketemu uminya, si Arif petentengan minta diketemuin sama cowok si P*tri. *alamak* Singkatnya lagi, bertemulah mereka, ngobrol sebentar,  terus dan seterusnya gag begitu penting. Pokoknya Arif ternyata dihadapkan pada satu nyata bahwa P*tri sudah dimiliki orang lain. *bahasa gua*

Pas kutanya kenapa dia sok tau kalo P*tri udah punya cowok, dia cuman bilang, “ntah kak. Pokoknya aku kayak ngerasa aja. Dan ternyata betul.” Selepas itu semua, setelah say goodbye ke P*tri dan cowoknya, Arif yang kemaren di temenin sama Ganjar balik ke rumah Ganjar yang kebetulan memang di daerah Bandung juga. Disitulah adikku yang seperti kubilang, masih bocah itu merasakan untuk yang pertama kali dalam hidupnya akan getir bernama ‘patah hati’.
 
Dan, setelah itu pula ia kemudian berkenalan dengan hal yang paling kubenci sepanjang sejarah, ‘rokok’. Konon, patah hati itu katanya adalah hal yang paling sangat tidak menyenangkan dalam hidup. Sakitnya tak tertanggungkan. Aku sepakat. Toh aku juga pernah merasakan, dan opini itu memang tak terbantahkan. Tapi mungkin, sakit yang dirasa oleh adikku itu sedikit lebih banyak kuantitasnya. Soalnya, percaya atau tidak, gadis inilah yang telah merebut ‘the firs love’-nya adikku. Yang kemudian menyapanya di usia tujuh belas tahun.

Poinnya adalah, ternyata hal itu bisa membuat dua pria yang awalnya juga membenci malah menjadi pengguna. Separah itukah? Kedua pria inikah yang memang terlalu lebay mengekspresikan kesedihannya atau memang seperti itulah impact yang diberikan oleh luka yang disebabkan ‘patah jantung’ eh, ‘patah hati’?
Entahlah, yang kutahu, agaknya mereka berdua harus segera di-ruqyah agar sadar kalau apapun alasannya mereka tak pernah berhak menyakiti diri mereka sendiri dengan mengonsumsi zat kimia yang ada di dalam rokok. Mereka harusnya bisa lebih bijak. Lebih bisa berfikir jernih. Ahh, seandainya saja semua orang yang seperti mereka bisa menimbang-nimbang baik buruk rokok sebelum terlanjur meluapkankan emosi melalui asapnya.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar