Hiyaaaatt.
Cetar, bag, bug, jeder, dor.
Ups,
ada apa ini ribut2? Gag lihat kalo orang2 pada sibuk bertapa ngisiin raport?
Berisik amat sih lu! *eh, ngisi raport kok sambil bertapa?
Daku
hanya bisa memberi senyum tipis, “ibu-ibu gag tau sih saya lagi hepi sangat.”
Hepi? Kok malah kayak orang berantem gitu? Hehehe.. Itu bunyi yang dipaksakan
memang. Efek dari salto di udara dan
koprol di atas air. -__-“ huahahaha…
Jadi
sodara2, daku sedang dilanda gembira tiada terkira. Soalnya naskah cerpen yang
kemaren masuk nominasi lima terbaik telah dinobatkan sebagai juara ter favorit
pembaca. Senengnya. Gag sia2 deh usaha buat ngumpulin jempol. 100 jempol yang
jadi target tercapai. Bahkan lebih 4 jempol lagi. Senengnya udah gag bisa
dirangkai dengan kata2. *lebay lu!* ciyus akunaa!
Jadi,
aku mau ngucapin terimakasih lagi buat kawan2 yang sudah bersedia menyumbangkan
jempolnya buat naskahku. Makasii banyak, kawan. Tanpa kalian, agaknya daku gag
bakal mampu ngumpulin jempol sampe 104. Buat kawan2 di bagian barat Sumatera,
tengkyu yaa. Gag nyangka bakal punya rekan yang baek banget kayak kalian. *hug*
Buat rekan2 di LPM Dinamika, temen2 di IAIN SU, dan sahabat2 yang entah dari
mana2 saja, terimakasih. *terharu* Udahan ahh, perasaan di catatan sebelumnya juga
udah ngucapin kalimat2 terimakasih. Aku udah kayak calon Gubernur yang udah
menang, deh. Wkwkwk. Jadi kita cukupkan sampai disini saja ya.
Well,
selain cerpen solo yang masuk nominasi, ternyata flash fiction-ku juga masuk.
Memang sih gag masuk lima terbaik, tapi terpilih menjadi 10 naskah terbaik yang
akan dibukukan. Seneng banget kan? Kemaren aku memang ngirim dua naskah untuk
diikutsertakan, satu untuk kategori cerpen solo, yang satu lagi untuk flash
fiction. Dan keduanya masuk nominasi terbaik. Alhamdulillah. *speechless*
Ini
benar-benar berkah yang luar biasa. Tahu tidak? Sebelum ini sudah berapa kali
aku mengikutsertakan cerpenku untuk diseleksi buat dimasukin ke dalam buku
antologi? Sudah sering banget. Dan gag pernah berhasil membuat juri jatuh cinta
akan karyaku. Kemaren aku sempat jenuh dan hampir depresi. “kenapa karyaku gag
pernah dilirik juri, Tuhan?”
Tapi
ternyata Tuhan sedang memberi aku wadah untuk belajar. Benar banget kata
pepatah kalo kegagalan itu adalah keberhasilan yang tertunda. Dari sekian
banyak naskah yang kukirim dan ditolak, aku ‘terpaksa’ belajar lebih tekun
lagi. Belajar dengan diskusi dengan penulis besar dan membaca karya-karya yang
bagus. Dan terus menulis. FYI *for your information* itu terus kugeluti karena
aku ingin membuktikan eksistensiku dalam menulis. Aku bertekad harus punya
karya yang bisa mengokohkan atau menegaskan kalau aku adalah seorang penulis.
Orang2 di dekatku bisa punya buku, kenapa aku tidak? Dan dengan kalimat2 itulah
aku mau terus berdarah2 belajar menulis sampai menghasilkan karya yang layak
dikonsumsi public. Percaya atau tidak, dalam melakoni suatu hal, apapun itu,
kita harus punya alasan melakukannya. Semakin kuat alasan, semakin giat pula
kita untuk mendapatkan.
Sekarang,
Alhamdulillah, aku mulai bisa menikmati kerja kerasku kemarin dulu. Sudah ada
beberapa naskah yang berhasil menarik hati juri. Beberapa kali lolos masuk
antologi dan yang terakhir, masuk nominasi 5 terbaik dan 10 terbaik. Mudah2an
buku solo segera menyusul. *aamiin..aamiin..*
Eh,
tau tidak, kalau sekarang aku buka lagi naskah2 yang kuikutsertakan di seleksi
antologi kemaren dulu, aku jelas2 bisa melihat cerpenku itu memang jelek.
Serius! Wajar kalau tidak ada juri yang kemarin jatuh hati. Aku saja yang nulis
gag selera ngebacanya.
Jadi
kesimpulannya adalah, kegagalan yang kemaren dulu itu memang adalah wadah untuk
memperbaiki kualitas tulisanku. Jika tidak ada kegagalan, maka mungkin aku
tidak punya tolak ukur untuk melihat peningkatan kualitas tulisanku.
Alhamdulillah, sekarang aku mulai bisa melihat tulisan yang berkualitas dan
bisa melihat naskah seperti apa yang bernyawa dan yang tidak. Bukan sok paten,
cuma memang mulai terasa.
Mudah2an
catatan ini bisa jadi motivasi untuk kawan2 yang ingin menunjukkan kemampuannya
dalam menulis. Setelah ini, kita bisa keroyokan ngirim naskah untuk seleksi
antologi. Jadi kita kasi liat ke dunia kalo contributor buku itu dari kalangan
kita semua. :D Terus, satu persatu kita mulai ngerjain proyek buku solo, dan
mudah2an kita bisa menggaet hati penerbit besar. *aamiin..aamiin..ya rabbal
alamiin.* Karena, you are a writer. ^o^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar