Bismillahirahmanirrahim…
Sedikit aneh
memang. Entah apa hubungannya monyet dengan jodoh. Tapi itulah adanya.
Pengalaman seru, ajaib, dan ahh, entah seperti apa menggambarkannya. Komplit.
Seperti apa? Ini dia.
Jadi sindrom
katrok alias alay alias kamseupay melanda kami, cewe-cewe kece di kelarga besar
YP. Ibnu Halim. Saking gag pernahnya plesiran ke sebuah kota kecil di ujung
dunia, kami akhirnya memaksa seorang cowo gak kece untuk menfasilitasi kami
kesana. Akhirnya ia dengan terpaksa harus menyerahkan rumahnya untuk kami huni
selama semalam. Dan melayani kami dengan full service. *kayak bebe ya,
fulservis*
Nah
dikisahkanlah perjalanan menuju kota itu menghabiskan 30 sampai 45 tahun, eh,
menit denk dengan menggunakan kendaraan roda tiga. Becak? Bukan, sepeda motor
yang bawa ban serap. :D *yang nyengir bayar* Dimulailah perjalanan itu.
Diam-diam masing-masing kami memanjatkan doa selamat. Kira-kira isinya begini,
“Ya Allah, semoga kam selamat sampai tujuan dan selamat pula untuk mamam
seafood gretongan.” –lebih kurangnya mohon maaf. Cuman imajinasi penulis saja.
:p
Setelah
melewati jalanan terjal berbatu, curam, berbahaya, dan berdebu, akhirnya kami
tiba di istana cowo gag kece tadi. Disambitlah kami oleh emaknya. Namanya bu
Sofiah. Kalo salah tolong dibenerin. Tapi gak sampe berdarah-darah kok
disambitnya, cuman sampe tekapar doang. Maksudnya tekapar karena kebanyakan
ketawa. Si ibuk itu dengan santai mengumbar aib anaknya. Tapi untuk kepentingan
yang bersagkutan, aib-aib itu tidak akan saya paparkan disini. Kan kita udah
pada pahim semua. :D
Sesaat sebelum tragedi monyet |
Langsung ke
pokok sajalah. Jadi di kota itu adalah sebuah pantai yang konon katanya rada
angker. Letaknya yang ditengah laut mengaduk rasa penasaran untuk mejelajahi.
Berangkatlah kami menuju pantai bernama pasir putih itu. Selama perjalanan, si
cowo gag kece sibuk nyeritain nanti disana bakal ngapai aja. “Kita nanti bisa
nyari kerang disana. Bisa mandi-mandi juga. Serulah pokoknya,” ujarnya
semangat. Kami pun tertulari. “Wah, seru nih.” “Wah, asik, nih.” Wah, amazing,
nih.” *anggap saja kalimat itu keluar dari mulut kita yaa. Hehehe*
Tapi tunggu,
belum lagi kapal boat yang kami tumpangi merapat, terlihat dua tiga ekor
makhluk berekor berenang menghampiri. Tidak, bukan dua tiga ekor. Banyak!
Berpuluh mungkin. Ya, itulah mereka, para monyet yang menghuni pantai pasir
putih. Kapal kami dibajak kawanan monyet. Ini serius. Kami dibuat panic sampai
kapal oleng. Untungnya si bapak pemilik kapal segera berinisiatif melajukan boatnya
menjauh dari pantai. Tapi you know what? Para monyet itu gag takut. Mereka
tetap saja di dalam kapal. Mencari-cari makanan yang mungkin kami bawa. Sumpah,
insiden yang mungkin hanya beberapa menit itu cukup membuat bulu kuduk berdiri.
Ketakutan tingkat kabupaten. -___- mana ada yang badannya gede banget lagi.
Sumpah. Anda bisa bayangkan seperti apa histerisnya cewe-cewe kece itu. :D
Setelah insiden monyet si cowo gag kece digebukin. :D |
Jadi setelah
kapal itu semakin jauh, akhirnya satu per satu monyet-monyet itu pun melompat
kembali ke laut. Berenang menuju pantai putih, habitatnya. Di detik itulah kami
mulai menarik nafas lega. Si cowo gag kece malah bilang, “kok gak ada yang moto
tadi ya?”
Dan kita pun
cuman bisa bilang, “GUBRAAK..”
Well, itulah
insiden monyet yang jadi bumbu ter-hot di perjalanan plesiran ini. Ada sih yang
lebih hot, tapi kayaknya buat saya pribadi, tak ada yang mampu melebihi
histerisnya insiden monyet. I swear! -__-
Kami
kemudian kembali ke istana, melepas penat. *Padahal alasan paling benernya nih
udah pada laper. :p
Mamam enak
lagi. Seafood lagi. Gretongan lagi. Huahahaha.. :D
*udah2,
cerita makan seafood pengen kesana lagi nanti. Bahaya. Bangkrut si cowo gag
kece. Wkwkwk*
Jadi setelah
memanjakan lidah dan perut, sampailah kita pada acara inti. *kayak nge-MC
kondangan* Si ibuk, mamanya cowo gag kece ternyata bisa ngeramal. Alamaaak,
bahasa gua. Baca garis tangan. ahh, ntah apapun itu maknanya kalian tahu maksud
saya. Jadi si ibuk berbaik hati membacakan telapak tangan cewe-cewe kece ini.
terkhusus untuk mereka yang sedang menantikan sang adam. *assseeekk*
Ada banyak
cerita di baca membaca garis tangan. Ada yang bikin ketawa, kaget, senang, dan
entah apa-apa sajalah. Tidak akan diceritakan secara detil disini. Karena itu
kan sebenarnya juga gak boleh dipercaya. Itu hanya iseng-iseng berhadiah. Setuju? :)
Nah, itulah
kisah plesiran kami ke sebuah kota yang dihuni cowo gag kece. Perlu diketahui
kota yang dimaksud adalah Belawan City. ^_^ cowo gag kece itu bg Deni. Gag kece
tapi cakeplah. *biar gak dilempar sendal*
Dan
cewe-cewe kece itu adalaaaaahh. Jreng..jreng.. Kak Lija, Kak Laylan, Kak Lia,
Kak Dani, Kak Emi, dan of course, saya sendiri.
Okelah,
sekian dulu kisah plesiran kita. mudah-mudahan ada plesiran-plesiran
selanjutnya. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar