Senin, 25 Februari 2013

DARI INSIDEN MONYET SAMPAI URUSAN JODOH


Bismillahirahmanirrahim…

Sedikit aneh memang. Entah apa hubungannya monyet dengan jodoh. Tapi itulah adanya. Pengalaman seru, ajaib, dan ahh, entah seperti apa menggambarkannya. Komplit. Seperti apa? Ini dia.

Jadi sindrom katrok alias alay alias kamseupay melanda kami, cewe-cewe kece di kelarga besar YP. Ibnu Halim. Saking gag pernahnya plesiran ke sebuah kota kecil di ujung dunia, kami akhirnya memaksa seorang cowo gak kece untuk menfasilitasi kami kesana. Akhirnya ia dengan terpaksa harus menyerahkan rumahnya untuk kami huni selama semalam. Dan melayani kami dengan full service. *kayak bebe ya, fulservis*

Nah dikisahkanlah perjalanan menuju kota itu menghabiskan 30 sampai 45 tahun, eh, menit denk dengan menggunakan kendaraan roda tiga. Becak? Bukan, sepeda motor yang bawa ban serap. :D *yang nyengir bayar* Dimulailah perjalanan itu. Diam-diam masing-masing kami memanjatkan doa selamat. Kira-kira isinya begini, “Ya Allah, semoga kam selamat sampai tujuan dan selamat pula untuk mamam seafood gretongan.” –lebih kurangnya mohon maaf. Cuman imajinasi penulis saja. :p

Setelah melewati jalanan terjal berbatu, curam, berbahaya, dan berdebu, akhirnya kami tiba di istana cowo gag kece tadi. Disambitlah kami oleh emaknya. Namanya bu Sofiah. Kalo salah tolong dibenerin. Tapi gak sampe berdarah-darah kok disambitnya, cuman sampe tekapar doang. Maksudnya tekapar karena kebanyakan ketawa. Si ibuk itu dengan santai mengumbar aib anaknya. Tapi untuk kepentingan yang bersagkutan, aib-aib itu tidak akan saya paparkan disini. Kan kita udah pada pahim semua. :D

Sesaat sebelum tragedi monyet
Langsung ke pokok sajalah. Jadi di kota itu adalah sebuah pantai yang konon katanya rada angker. Letaknya yang ditengah laut mengaduk rasa penasaran untuk mejelajahi. Berangkatlah kami menuju pantai bernama pasir putih itu. Selama perjalanan, si cowo gag kece sibuk nyeritain nanti disana bakal ngapai aja. “Kita nanti bisa nyari kerang disana. Bisa mandi-mandi juga. Serulah pokoknya,” ujarnya semangat. Kami pun tertulari. “Wah, seru nih.” “Wah, asik, nih.” Wah, amazing, nih.” *anggap saja kalimat itu keluar dari mulut kita yaa. Hehehe*

Tapi tunggu, belum lagi kapal boat yang kami tumpangi merapat, terlihat dua tiga ekor makhluk berekor berenang menghampiri. Tidak, bukan dua tiga ekor. Banyak! Berpuluh mungkin. Ya, itulah mereka, para monyet yang menghuni pantai pasir putih. Kapal kami dibajak kawanan monyet. Ini serius. Kami dibuat panic sampai kapal oleng. Untungnya si bapak pemilik kapal segera berinisiatif melajukan boatnya menjauh dari pantai. Tapi you know what? Para monyet itu gag takut. Mereka tetap saja di dalam kapal. Mencari-cari makanan yang mungkin kami bawa. Sumpah, insiden yang mungkin hanya beberapa menit itu cukup membuat bulu kuduk berdiri. Ketakutan tingkat kabupaten. -___- mana ada yang badannya gede banget lagi. Sumpah. Anda bisa bayangkan seperti apa histerisnya cewe-cewe kece itu. :D
Setelah insiden monyet si cowo gag kece digebukin. :D

Jadi setelah kapal itu semakin jauh, akhirnya satu per satu monyet-monyet itu pun melompat kembali ke laut. Berenang menuju pantai putih, habitatnya. Di detik itulah kami mulai menarik nafas lega. Si cowo gag kece malah bilang, “kok gak ada yang moto tadi ya?”

Dan kita pun cuman bisa bilang, “GUBRAAK..”

Well, itulah insiden monyet yang jadi bumbu ter-hot di perjalanan plesiran ini. Ada sih yang lebih hot, tapi kayaknya buat saya pribadi, tak ada yang mampu melebihi histerisnya insiden monyet. I swear! -__-

Kami kemudian kembali ke istana, melepas penat. *Padahal alasan paling benernya nih udah pada laper. :p

Mamam enak lagi. Seafood lagi. Gretongan lagi. Huahahaha.. :D
*udah2, cerita makan seafood pengen kesana lagi nanti. Bahaya. Bangkrut si cowo gag kece. Wkwkwk*

Jadi setelah memanjakan lidah dan perut, sampailah kita pada acara inti. *kayak nge-MC kondangan* Si ibuk, mamanya cowo gag kece ternyata bisa ngeramal. Alamaaak, bahasa gua. Baca garis tangan. ahh, ntah apapun itu maknanya kalian tahu maksud saya. Jadi si ibuk berbaik hati membacakan telapak tangan cewe-cewe kece ini. terkhusus untuk mereka yang sedang menantikan sang adam. *assseeekk*

Ada banyak cerita di baca membaca garis tangan. Ada yang bikin ketawa, kaget, senang, dan entah apa-apa sajalah. Tidak akan diceritakan secara detil disini. Karena itu kan sebenarnya juga gak boleh dipercaya.  Itu hanya iseng-iseng berhadiah. Setuju? :)

Nah, itulah kisah plesiran kami ke sebuah kota yang dihuni cowo gag kece. Perlu diketahui kota yang dimaksud adalah Belawan City. ^_^ cowo gag kece itu bg Deni. Gag kece tapi cakeplah. *biar gak dilempar sendal*

Dan cewe-cewe kece itu adalaaaaahh. Jreng..jreng.. Kak Lija, Kak Laylan, Kak Lia, Kak Dani, Kak Emi, dan of course, saya sendiri.

Okelah, sekian dulu kisah plesiran kita. mudah-mudahan ada plesiran-plesiran selanjutnya. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar