Dulu,
aku ingat sekali waktu masih kecil, masih ingusan. Setiap kali ditanya, “kalau
sudah besar mau jadi apa?” Aku pasti jawab, “jadi dokter.” Sementara beberapa
temanku yang lain, yang juga masih sama tinggi badanku saat itu, yang masih
sama-sama berlomba menyentuh kuping kiri dengan telapak tangan kanan dengan
jalur dari atas kepala. Konon, kata orang tuaku dulu, kalau sudah tergapai,
baru bisa masuk sekolah. Ketika mereka ditanyai hendak jadi apa ketika
besar, jawaban mereka beragam. Seperti,
“jadi insinyur,” “jadi polisi,” “jadi pilot,” dan terakhir yang tidak pernah
terlintas di benakku, “jadi presiden.”
Itu
terjadi sekitar 17 tahun yang lalu, saat usiaku masih 5 tahun. Dan nyaris akan terlupakan. Untungnya, Komunitas Blogger Sinjai
(KBS) dan FESTIK Se-Sulsel Kab. Sinjai dengan ide briliannya menggelar lomba menulis artikel dengan tema 'andai aku jadi presiden.' Hehehe. Bermanfaat buat mengingat seperti apa persepsiku tentang presiden dulu, dan sekarang.
Kalau sekarang
aku kembali ditanya, jawabanku pasti berbeda. Bukan, aku bukan ingin jadi
presiden. Aku ingin menjadi penulis. Lha? Bukannya tema yang sedang kuusung
adalah ‘andai aku jadi presiden?’
Tak
masalah. Begini, menurutku, atau bisa jadi menurut pembaca, menjadi seorang
pemimpin adalah amanah yang besar. Memimpin apapun, akan selalu menuntut
tanggung jawab. Kita, manusia, terlahir sudah menjadi pemimpin di muka bumi.
Itu masih tanggung jawab secara personal, loh. Belum lagi kalau dia pria, ia
adalah pemimpin untuk keluarganya, bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka.
Kalau anggota keluarganya ada empat, ia harus bertanggung jawab atas kehidupan
yang layak untuk empat nyawa. Bayangkan, empat nyawa sekaligus!
Kalau
jadi presiden? Haduh, belum apa-apa, aku sudah takut duluan. Bayangkan, berapa
jumlah nyawa yang harus ditanggungjawabi kehidupannya, dibuat layak dan
sejahtera? Aku memang tidak tahu jumlah persisnya, tapi, hei, jangankan seluruh
Indonesia, satu kelurahanku saja sudah hampir lima ratus nyawa. Astaga! Dan aku
harus bertanggung jawab untuk kesejahteraan mereka? Lantas nanti di akhirat,
aku juga haru menyerahkan laporan pertanggungjawabanku sebagai seorang presiden
kepada Tuhan. Huft… Siapa pun tahu, masa penyerahan LPJ adalah saat-saat
menegangkan. Apalagi di hadapan Tuhan!
Menjadi
seorang pemimpin, terlebih menjadi pemimpin negara memang dibutuhkan nyali yang
super duper gede. Bukan cuma nyali untuk memberi keputusan-keputusan penting
yang menyangkut hajat hidup orang banyak, tapi juga nyali untuk mengendalikan
nafsu. Yah, bahkan tidak memiliki kedudukan pun, nafsu kerap membuat kita buta,
apalagi saat jadi presiden?
Baik,
sekarang, kita kembali ke pokok pembahasan. Andai aku jadi presiden. Ahh,
lagi-lagi aku takut. Aku bukan seorang yang ahli dan punya nyali. Jikalah aku memegang
kekuasaan, aku tidak tahu entah akan jadi apa negara ini. Karena sekali lagi,
aku bukan seorang yang ahli.
Dalam
hukum manajemen, salah satu syarat agar visi tercapai, dan misi berjalan
maksimal, maka kita harus meletakkan seorang yang tepat pada posisi yang tepat.
‘Right man in right place.’ Menempatkanku dalam posisi sebagai presiden
bukanlah suatu tindakan yang tepat.
Aku
juga pernah mendengar, ‘jika seseorang yang bukan ahlinya memimpin, maka
tunggulah kehancurannya.’ Well, alasan itu sudah cukup buatku untuk menepiskan
keinginan andai aku jadi presiden, meski hanya dalam hayalan. Yah, aku cukup
yakin dengan segala keburukan-keburukan yang akan terjadi nantinya.
Dan
lagi, aku tidak punya nyali untuk bertanggungjawab atas ribuan nyawa itu. Aku tidak
berani menjamin akan kehidupan yang layak akan tumbuh merata, perekonomian akan
berjalan lancar, si kaya akan tetap sejahtera, dan si miskin akan bisa
memperbaiki kualitas hidupnya. Belum lagi nanti, saat penyerahan LPJ di
akhirat. Sementara, menjadi seorang penulis, meski juga memiliki tanggung jawab
yang besar, masih kalah besar dibanding tanggug jawab presiden. Hehehe.
Intinya, menjadi seorang presiden bukanlah hal yang mudah.
Beban bak gunung sudah tergantung di pundak begitu ia mengumandangkan sumpah
jabatan. Mereka, presiden-presiden yang pernah terpilih, atau sedang menjabat,
menurutku justru jabatan mereka sekarang adalah ladang amal sekaligus ladang
dosa. Hanya mereka-mereka yang beruntung yang dipercaya mengemban amanah ini. Hanya
mereka-mereka yang dianggap kuat, ahli dan bernyali yang diserahi tanggung
jawab ini.
Maka
tidak berlebihan jika dalam doa-doa, kita menyelipkan pinta khusus atas
pemimpin negara ini. Untuk kesanggupannya memimpin kita, untuk kebijaksanaannya
yang menyangkut kehidupan kita, dan untuk kesabarannya menghadapi rakyatnya
sendiri.
Menjadi
presiden gak gampang, bro! Agaknya, jika kita terus mencemooh kebijakannya,
menertawakan caranya memimpin, bahkan menjelek-jelekkannya melulu, kurang
pantas juga. Toh, jika ia melakukan sesuatu yang amat pantas diacungi jempol
pun, kerap banyak yang enggan mengakuinya. Jadi, kita juga harus jadi rakyat
yang bijak ya.
Semoga
pemimpin-pemimpin kita, terutama presiden kita diampuni dosa-dosanya,
kekhilafannya, dan senantiasa mengemban amanah dengan jujur, adil, dan
bijaksana. Aamiin.
*)
Diikutsertakan dalam Design And Article Writing Contest yang di adakan oleh Komunitas Blogger Sinjai
(KBS) dan FESTIK Se-Sulsel Kab. Sinjai
hmmm mendoakan pemimpin? gagasan yang sangat bagus dan nasionalis! good!
BalasHapussama kayak kita mendoakan guru-guru kita atas segala jasanya. gitu juga dengan pemimpin. :)
Hapuskeren kak, intronya lumayan lucu hahaha.
BalasHapusmampir ya kak ke blogku : http://ikhbal-mylifestory.blogspot.com/2013/08/andai-aku-jadi-presiden-ten-of-golden_5.html
udah baca semuanya kan? bukan intronya aja? hehehe..
Hapusoke, segera bw.. :)
keren... salam kenal, kunjungi juga yah http://himawanbegituhebat.blogspot.com/2013/08/presiden-anti-mainstream.html
BalasHapusterima kasih.
Hapusoke, segera wb.. ^^
Argghh, sayang sekali! Seaindainya aja kamu berani jadi presiden, aku berani milih loh. Kekekekeke
BalasHapusKalo aku sih berani. Bisa dilihat di sini: http://ikhbal-mylifestory.blogspot.com/2013/08/andai-aku-jadi-presiden-ten-of-golden_5.html
wah, belum-belum sudah ada pendukung. hahaha.
Hapusterima kasih mba Nova. XD
oke, segera bw.. :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus