Jumat, 16 Agustus 2013

JADI PRESIDEN GAK GAMPANG, BRO!


Dulu, aku ingat sekali waktu masih kecil, masih ingusan. Setiap kali ditanya, “kalau sudah besar mau jadi apa?” Aku pasti jawab, “jadi dokter.” Sementara beberapa temanku yang lain, yang juga masih sama tinggi badanku saat itu, yang masih sama-sama berlomba menyentuh kuping kiri dengan telapak tangan kanan dengan jalur dari atas kepala. Konon, kata orang tuaku dulu, kalau sudah tergapai, baru bisa masuk sekolah. Ketika mereka ditanyai hendak jadi apa ketika besar,  jawaban mereka beragam. Seperti, “jadi insinyur,” “jadi polisi,” “jadi pilot,” dan terakhir yang tidak pernah terlintas di benakku, “jadi presiden.”

Itu terjadi sekitar 17 tahun yang lalu, saat usiaku masih 5 tahun. Dan nyaris akan terlupakan. Untungnya,  Komunitas Blogger Sinjai (KBS)  dan FESTIK Se-Sulsel Kab. Sinjai dengan ide briliannya menggelar lomba menulis artikel dengan tema 'andai aku jadi presiden.' Hehehe. Bermanfaat buat mengingat seperti apa persepsiku tentang presiden dulu, dan sekarang.

Kalau sekarang aku kembali ditanya, jawabanku pasti berbeda. Bukan, aku bukan ingin jadi presiden. Aku ingin menjadi penulis. Lha? Bukannya tema yang sedang kuusung adalah ‘andai aku jadi presiden?’

Tak masalah. Begini, menurutku, atau bisa jadi menurut pembaca, menjadi seorang pemimpin adalah amanah yang besar. Memimpin apapun, akan selalu menuntut tanggung jawab. Kita, manusia, terlahir sudah menjadi pemimpin di muka bumi. Itu masih tanggung jawab secara personal, loh. Belum lagi kalau dia pria, ia adalah pemimpin untuk keluarganya, bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka. Kalau anggota keluarganya ada empat, ia harus bertanggung jawab atas kehidupan yang layak untuk empat nyawa. Bayangkan, empat nyawa sekaligus!

Kalau jadi presiden? Haduh, belum apa-apa, aku sudah takut duluan. Bayangkan, berapa jumlah nyawa yang harus ditanggungjawabi kehidupannya, dibuat layak dan sejahtera? Aku memang tidak tahu jumlah persisnya, tapi, hei, jangankan seluruh Indonesia, satu kelurahanku saja sudah hampir lima ratus nyawa. Astaga! Dan aku harus bertanggung jawab untuk kesejahteraan mereka? Lantas nanti di akhirat, aku juga haru menyerahkan laporan pertanggungjawabanku sebagai seorang presiden kepada Tuhan. Huft… Siapa pun tahu, masa penyerahan LPJ adalah saat-saat menegangkan. Apalagi di hadapan Tuhan!

Menjadi seorang pemimpin, terlebih menjadi pemimpin negara memang dibutuhkan nyali yang super duper gede. Bukan cuma nyali untuk memberi keputusan-keputusan penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak, tapi juga nyali untuk mengendalikan nafsu. Yah, bahkan tidak memiliki kedudukan pun, nafsu kerap membuat kita buta, apalagi saat jadi presiden?

Baik, sekarang, kita kembali ke pokok pembahasan. Andai aku jadi presiden. Ahh, lagi-lagi aku takut. Aku bukan seorang yang ahli dan punya nyali. Jikalah aku memegang kekuasaan, aku tidak tahu entah akan jadi apa negara ini. Karena sekali lagi, aku bukan seorang yang ahli.

Dalam hukum manajemen, salah satu syarat agar visi tercapai, dan misi berjalan maksimal, maka kita harus meletakkan seorang yang tepat pada posisi yang tepat. ‘Right man in right place.’ Menempatkanku dalam posisi sebagai presiden bukanlah suatu tindakan yang tepat.

Aku juga pernah mendengar, ‘jika seseorang yang bukan ahlinya memimpin, maka tunggulah kehancurannya.’ Well, alasan itu sudah cukup buatku untuk menepiskan keinginan andai aku jadi presiden, meski hanya dalam hayalan. Yah, aku cukup yakin dengan segala keburukan-keburukan yang akan terjadi nantinya.

Dan lagi, aku tidak punya nyali untuk bertanggungjawab atas ribuan nyawa itu. Aku tidak berani menjamin akan kehidupan yang layak akan tumbuh merata, perekonomian akan berjalan lancar, si kaya akan tetap sejahtera, dan si miskin akan bisa memperbaiki kualitas hidupnya. Belum lagi nanti, saat penyerahan LPJ di akhirat. Sementara, menjadi seorang penulis, meski juga memiliki tanggung jawab yang besar, masih kalah besar dibanding tanggug jawab presiden. Hehehe.

Intinya, menjadi seorang presiden bukanlah hal yang mudah. Beban bak gunung sudah tergantung di pundak begitu ia mengumandangkan sumpah jabatan. Mereka, presiden-presiden yang pernah terpilih, atau sedang menjabat, menurutku justru jabatan mereka sekarang adalah ladang amal sekaligus ladang dosa. Hanya mereka-mereka yang beruntung yang dipercaya mengemban amanah ini. Hanya mereka-mereka yang dianggap kuat, ahli dan bernyali yang diserahi tanggung jawab ini.

Maka tidak berlebihan jika dalam doa-doa, kita menyelipkan pinta khusus atas pemimpin negara ini. Untuk kesanggupannya memimpin kita, untuk kebijaksanaannya yang menyangkut kehidupan kita, dan untuk kesabarannya menghadapi rakyatnya sendiri.

Menjadi presiden gak gampang, bro! Agaknya, jika kita terus mencemooh kebijakannya, menertawakan caranya memimpin, bahkan menjelek-jelekkannya melulu, kurang pantas juga. Toh, jika ia melakukan sesuatu yang amat pantas diacungi jempol pun, kerap banyak yang enggan mengakuinya. Jadi, kita juga harus jadi rakyat yang bijak ya.

Semoga pemimpin-pemimpin kita, terutama presiden kita diampuni dosa-dosanya, kekhilafannya, dan senantiasa mengemban amanah dengan jujur, adil, dan bijaksana. Aamiin.

*) Diikutsertakan dalam Design And Article Writing Contest yang di adakan oleh Komunitas Blogger Sinjai (KBS)  dan FESTIK Se-Sulsel Kab. Sinjai
FesTIK KBS

9 komentar:

  1. hmmm mendoakan pemimpin? gagasan yang sangat bagus dan nasionalis! good!

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama kayak kita mendoakan guru-guru kita atas segala jasanya. gitu juga dengan pemimpin. :)

      Hapus
  2. keren kak, intronya lumayan lucu hahaha.
    mampir ya kak ke blogku : http://ikhbal-mylifestory.blogspot.com/2013/08/andai-aku-jadi-presiden-ten-of-golden_5.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah baca semuanya kan? bukan intronya aja? hehehe..
      oke, segera bw.. :)

      Hapus
  3. keren... salam kenal, kunjungi juga yah http://himawanbegituhebat.blogspot.com/2013/08/presiden-anti-mainstream.html

    BalasHapus
  4. Argghh, sayang sekali! Seaindainya aja kamu berani jadi presiden, aku berani milih loh. Kekekekeke

    Kalo aku sih berani. Bisa dilihat di sini: http://ikhbal-mylifestory.blogspot.com/2013/08/andai-aku-jadi-presiden-ten-of-golden_5.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, belum-belum sudah ada pendukung. hahaha.
      terima kasih mba Nova. XD

      oke, segera bw.. :)

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus