Baca
sebelumnya disini UNTOLD STORY BETWEENUS
Jadi
karena tak bisa membendung rasa kagum dan kepingin, jadilah aku suatu ketika
bilang,
“Sekali-kali ajak gue, dong pret.”
Ini
juga adalah cerita awkwark kita. Jadi entah gimana ceritanya dulu, kita gak
saling memanggil nama. Awalnya sih blio manggil “ibuk” ya kan secara ibuk guru
kan yaa. Aku juga manggil Bapak. Kemudian seiring waktu tetiba jadi panggil
lo-gue. Padahal usia kita terpaut jauh loh. Gatau kenapa kalo di sebelah dia
tuh rasanya kayak lagi bareng temen sejalan aja. Jadi kayak gak ngerasa lagi
ngobrol sama orang yang lebih tua. Pembawaan mas suami ini emang easy going,
santai, woles, dan terus terang itu berefek signifikan sama wajahnya. Jadi awet
muda gitu. Bukan muji karena blio emang suami gue sih. Tapi that the truth.
Nah,
terus, kenapa diujung kalimatku ada ‘pret’ nya? Ini juga entah gimana jadi
melekat dipanggilan kita dulu. Kampret. Kasar ya. Berdosa sekali hamba. T_T
Tapi
ya begitulah. Dulu itu, kita biasa aja manggil pret. Tapi itu hanya di bahasa
chat doang. Kalo pas ketemu beneran di sekolah ya teteuupp Bapak-Ibu. Hehehe.
Nah,
jadi suatu ketika, mas suami dan temen-temennya punya rencana mendaki gunung
Sibayak. Nah, diajaklah gue. Bayangin gimana girangnya aku saat itu
sodara-sodara? Dengan semangat menggebu, aku kemudian ngajakin adikku buat
join. Terus terang aja nih, gimana pun juga kumasih lebih merasa aman kalo di
perjalanan kita itu ada dia.
Itu
hari Sabtu, yang mana aku masih masuk kuliah, dan pulangnya habis dzuhur.
Sementara, pada janjian di stasiun Sutra jam 1 siang. Perjalanan dari kampusku
kesana makan waktu 1 jam lebih kurang.
Dan itu artinya mereka bakal nunggu lama. Mungkin blio juga sangsi kali ya, ni
anak beneran jadi ikutan gak sih? Wkwk.
Senyum
blio mengembang begitu lensanya menangkap sosokku turun dari angkot. Ciiyeeee..
Dia berharap sekali aku datang. Hahaha. Jadilah kita berangkat menuju kaki
gunung Sibayak dengan menaiki bus Sutra. Dengan semangat, blio ngajak aku buat
duduk di atap bus.
“Naik buk Lita, saya pegang.
Gapapa.”
Ebuset..
Seumur-umur, kalo mudik ke rumah ribu naik Sutra, gak pernah duduk di atas. Lah
ini, apa cerita? Aku ngelirik-lirik kawan-kawan yang ciwi-ciwi, semuanya pada
tanggap mau naik. Termasuk adekku.
“Ayok kak. Enak di atas.”
Dan
itulah kali pertama aku naik bus dan duduk di atas atapnya. Cerita gimana kita
di perjalanan ini udah pernah kutulis disini MENYENTUH PUNCAK SIBAYAK.
Well,
perjalanan pertama kita ini benar2 unforgetable. Lantas, kalo perjalanan
pertama sangat berkesan, apakah akan ada perjalanan kedua, ketiga dan
seterusnya? Of course, bahkan sepanjang hidup kita akan berjalan bersama.
Hasseekk.
Btw,
kita pernah jalan bareng bukan berarti saat itu ada sesuatu yang lebih diantara
kita. Yaa walaupun sebenarnya gossip-gossip tentang kita di sekolah sudah
merebak. Mungkin orang-orang gak tau, di sepanjang perjalanan, silih berganti
orang mencoba masuk di kehidupna pribadi kita masing-masing.
Di
saat yang tidak diduga, teman lama datang kembali ke hidupku dengan maksud
tertentu. Gak tau gimana ceritanya, pokoknya kita sempet jalan dan bahkan
sempet mengira, ‘apakah ini yang namanya jodoh itu?’
Di
lain sisi, blio ya sudah jelas lah yaa, bertemu dengan orang-orang lain yang
lebih bermacam-macam jenisnya. Mulai dari penggemar di circle sekolah, entah
itu siswanya atau alumni (mas suami ini dulunya selain hobi bertualang juga
hobi terbar pesona. Jadi jangan heran kalo di dekatnya ada aja ciwi-ciwi),
penggemar di komunitas pecinta alam, kenalan di fesbuk, sampek dijodohin orang.
Beragam lah kalo blio mah.
Tapi
di sela-sela berkenalan dengan orang lain, komunikasi kami yang memang hanya
sekedar teman dekat, terus berjalan. Kita saling menceritakan tentang orang
baru yang kita kenal tersebut. Saling meminta pendapat. Saling support. Semacam
itulah. Itu terus berlanjut bahkan ketika orang-orang baru yang tersebut
berganti.
Kayak
suatu ketika, saat kusadari teman masa lalu itu ternyata bukan jodohku, aku
bertemu lagi dengan orang lain. Seiring jalan, waktu mengatakan ternyata dia
juga bukan jodohku. Sampai kemudian ketemu lagi dengan seseorang yang hampir
menjadi masa depanku. Hampir means
sedikit lagi ya bakal jadi. Itu sudah kutulis disini
Bahkan
sampek ada bagian keduanya,
Begitulah,
Allah punya rencana yang lebih baik, yang tepat, dan pantas untuk kita terima.
Mereka ternyata bukanlah terjemahan dari ‘jodoh’ yang kucari. Di lain sisi, mas
suami juga demikian. Blio berkenalan dengan beberapa wanita (yang kesemuanya)
siap untuk menerima lamaran blio. Tinggal pilih, coy! Bukan kaleng-kaleng
babang nii. Tapi pemirsa, blio gak memilih satu pun. Aku sih mikirnya, mungkin
karena belum nemu aja yang tepat kali ya. Makanya belum mementukan pilihan.
Karena kepo, barusan aku tanya langsung ke blio. Barusan banget. Katanya dia
gak memilih mereka karena sudah ada aku di hatinya. Hahahahha. Sejak perjalanan
ke Sibayak katanya. Mungkin blio terpesona juga kali ya aku sanggup nanjak. Gak
kebayang kali ya blio kalo aku yang pake heels dan ber-maskara ini bisa naik
gunung. Hahahahahaa.
Tahun
berganti. Semakin hari, semakin dekat dan semakin nyaman. Blio jadi orang
pertama yang kucari setiap aku kesel, sedih, senang, gabut, bahkan saat patah
hati. Dan blio selalu jadi sosok lelaki bijak yang menasehatiku bahwa dunia tak
selebar daun kelor. Bunga tak setangkai, kumbang tak seekor. Yaiyalah yaa..
ternyata di balik itu semua, blio mungkin senang pas aku patah hati. Soalnya jadi
punya celah. Wkwk.
Setiap
kali sedih dan butuh hiburan, aku selalu minta ditemenin kemanaaa gitu. Minta diajakin
jalan. Jadi udah banyak banget tempat yang kami kunjungi saat itu. Hampir semua
taman di Kota Medan ini udah pernah kami sambangi. Padahal blio gak pernah
jalan ke taman kota sebelumnya. My trip my adventure-nya pause dulu. Wkwk.
Harus
kuakui, mas suami ini totalitas banget kalo mau mendapatkan sesuatu. Dia gak
pernah nolak setiap kali aku ajak. Gak pernah ngeluh walaupun aku ngajakin
jalan keluar masuk mall. Padahal kakinya udah nyut2an banget. Selalu ikhlas dan
rela jemputin aku di kampus, yang you know-lah, kampusku jauuuh banget dari
tempat blio. Gak pernah bilang gak bisa kalo dimintain tolong. Pokoknya baiiikkk
banget. payah cakap-lah.
Tapi
itu bukan berarti kita gak pernah bertengkar, loh. Ada ajalah pokoknya masalah
sepele, seiprit, keciiiikk naudzubillah, tapi bisa bikin kita ribut. Pernah sampek
diem-dieman beberapa hari, sampek ngapus pp, biar keliatan lagi kesel. Bahkan pernah
juga sampek sempat blokir-blokiran sosmed. Habis berantem gitu, beberapa hari
kemudian baik lagi. Ntar ribut lagi, gak lama baik lagi. Hahaha.
Well,
setelah sekian lama bareng, sekian lama chit-chat, sekian lama ber-haha-hihi,
dan sekian lama memperhatikan ketulusan hati si babang ini, kemudian timbul
rasa nyaman dan tak ingin kehilangan. Haseeekk. Itu perasaaan gue aja, gak
pernah diungkapin pake kata-kata. Kita hanya saling mengerti aja. mata kita
yang bicara. Eaaaakk. Wkwk.
Blio
pun sama. Sanggup gitu yaa, mendem perasaan dari pertama kali jalan ke Sibayak
sampek sekian tahun setelahnya. Lama-lama aku mulai ngerasa sih, kalo blio ini
naksir kayaknya. Tapi kan gak bisa geer2 bangetlah yaa, secara belum
diungkapin. Kadang-kadang ngarep ditembak jugak, sih akunya. Haha. Tapi karena
si blio ini datar-datar aja, yasudalah. Biar waktu yang bicara.
Akhirnya...
Akhirnya sodara-sodara.... Di Agustus 2018, aku ditembak. Ciiieee.. di tembak,
coy! Eh muke gileeee... Gue ditembak sama si babang setelah sekian tahun...
hahahahhhaaa...
Waktu
itu kita habis berantem kayaknya. Lupa juga sih penyebabnya apa. Tapi yang
jelas waktu itu aku ke kampus, kuliah. Sementara dia masih ada jam ngajar di
sekolah. Jadi ceritanya waktu itu entah apa yang kita ributkan aku lupa. Yang
pasti saat itu, aku ngalah. Biasanya kalo ribut-ribut gitu, aku pasti yang
paling nyolot, gak mau kalah, pokoknya blio jangankan menang, seri aja susah.
Tapi kemaren itu aku memang mengalah.
Tak
disangka, blio malah heran kenapa aku mau ngalah. Dan ternyata gak bisa
berhenti mikirin itu. Akhirnya permisi dari sekolah buat nyusulin aku ke kampus.
Wuahaahhaaa. Ternyata begindang ya kalo cowo itu dibaikin. Mereka lebih nyaman
kalo kita merepet panjang daripada ngalah. Tuh buktinya gue disusulin. Wkwk.
Aku
pulang kuliah udah maghrib. Mana hujan deras pulak. Jadilah kita akhirnya
mampir ke Bakso Mas Ronggo di Jalan Pancing. Ingat kali aku ni. Soalnya itu
tempat bersejarah. Hahahhaa.. Jadi sembari makan, kita membahas masalah kita itu sampek dengan
nada tinggi. Entah memang karena hujan deras, atau karena memang emosi kita
sama-sama naik. Kenyang makan bakso tambah kenyang merepet, lama-lama capek
jugak. Akhirnya aku diam. Kita sama-sama diam. Mungkin karena sudah lelah
berdebat.
“Adek mau ya jadi pacar mas.”
Tanpa
tedeng aling-aling si babang nembak. Habis berantem loh ya ini. Habis berantem,
habis ribut2, eehh blio malah nembak. Ser ser an lah yaa pastii.
“Cantik ni tanggalnya.”
Alisku
mengerut. Tanggal cantik apaan ya?
“Perasaan ini tanggal 8 Agustus
2017. Cantik apanya?”
“Tahun ini, tahun depan?”
dia naikin alisnya menggoda.
Duh, aku ini ditembak sekalian dilamar apa
gimanaaa???
Jadi
warung bakso sederhana itu jadi saksi bersatunya dua hati. Lucu sih ya. kita
udah jalan kemana-mana. Ke tempat-tempat yang indah. Eehh, jadiannya malah di
warung bakso tepi jalan yang gak ada
kesan romantis-romantisnya. Hahahaha.
Jadi
akan seperti apakah kisah cinta di warung bakso itu? Kita lanjutin nanti ya.
Dede bayi di dalem perut kangen papanya. Hahahaahaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar