Jumat, 13 Desember 2013

SMART Itu... Move On Dengan Cepat

Gak kerasa udah bulan hujan aja. Penghujung tahun yang dingin, ya. Untungnya, ada kompetisi seru dari Emak Gaoel yang bikin suhu badan tetap hangat karena adrenalin dipacu terus buat mikir defenisi SMART yang paling okeh. Gimana enggak, wong hadiahnya seru abis. Smartphone Smartfren, mamen! Gua harus bilang ‘wow’!

http://emakgaoel.blogspot.com/

Setelah wara-wiri di dunia maya buat nyari inspirasi menerjemahkan SMART akhirnya jadilah postingan ini. Buat Emak Gaoel, sila baca ceracau saya tentang SMART yang mugi-mugi bikin emak kepincut. J
Eehh, sebelumnya, daku ucapkan selamat ulang tahun buat Blog Emak Gaoel yang ke-5. Semoga makin keren, seru, kreatif, dan followersnya makin membludak. Aamin. ^_^

Well, buatku, SMART itu sesuatu yang kudu banget ada di dalam diri kita. Menjadi seorang yang SMART juga bukan hal sulit kok. Bukan cuman mereka, yang pake kacamata minus sebelas atau mereka yang doyan mendekam di laboratorium doang yang dibilang cerdas. Yah, barangkali mereka memang jenius, tapi bukan berarti aku yang gak terlalu pintar ini gak bisa dibilang cerdas dong.

Berdasarkan penerawanganku sebagai seorang yang mengaku smart padahal gak pintar-pintar amat, untuk menjadi seorang yang SMART itu cuman perlu tiga hal, pertama kemauan untuk cerdas, kedua usaha untuk cerdas, dan ketiga gak kenal menyerah untuk menjadi cerdas. Yah, banyak yang bilang tiga hal itu bullshit banget memang. Teori banget. Ya emang teorilah, kalau mau ini gak cuman sekedar teori, hayuk, action. Teori tetap hanya akan menjadi teori tanpa tindakan nyata.

Dulu, aku juga ngerasa cupu. Ngerasa gak ada banget yang bisa diandalkan untuk nunjukin kalau aku tuh juga cerdas. Tapi lama-kelamaan, seiring bertambahnya usia *keliatan banget udah tuwirnya* bertambahnya pengalaman, aku jadi ngeh. Semua orang itu cerdas tapi dengan versinya masing-masing. Tuhan sudah menganugerahi masing-masing kita dua kelebihan disetiap satu kekurangan. Sekarang sih, tinggal kitanya aja, mau mengasah kelebihan itu atau enggak. Kalau kata aku sih, menyia-nyiakan anugerah Tuhan sama aja dengan tidak mensyukurinya. So, aku menggali terus potensi yang kupunya. Dan taraaa… dengan bangga aku bilang, sekarang aku SMART, loh! J

Saat-saat yang membuat aku merasa SMART banget itu pas aku bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Mengontrol emosi yang nyaris meledak-ledak, dan menyikapi setiap persoalan dengan elegan. Yah, namanya juga hidup, pasti setiap tikungannya ada masalah dong. Jangankan tikungan, jalanan tol aja sekarang banyak banget hambatannya. Mana ongkos tol sekarang naik lagi. *eh, apa hubungannnya sih? -_-“

Contohnya pas aku menghadapi satu nyata kalau aku harus putus. Maklumlah, anak muda, kalau gak ada sesi patah hati, berarti masa mudanya kurang nyes buat diceritain ke anaknya ntar. Hehe. Kan gak lucu juga kalau nanti anaknya nanya, “mama, dulu pernah patah hati, nggak?”
Terus emaknya jawab, “Gak pernah tuh sayang.”
“Berarti mama gak pernah jatuh cinta, dong? Terus, kok bisa nikah sama papa? Dijodohin ya? Dipaksa sama nenek ya?”

-_-“ Aku sih gak mau kalau sampai pertanyaan-pertanyaan aneh bin ajaib itu dilontarkan ke aku. Bukan apa-apa sih, cuma kasihan banget gitu ya hidup aku kalau sampai dikira gak pernah jatuh cinta. Rasanya kok mengenaskan sekali. Jadi, akhirnya ngerasa beruntung juga bisa mengalami situasi tak menyenangkan ini. Melawati satu chapter dalam buku hidup dengan sub judul ‘broken heart.’

Siapa sih yang gak mellow kalau hubungan yang sudah dibangun dan dirawat baik-baik *kayak tanaman ya?* berujung tidak menyenangkan? Nyesek dong. Sama kayak aku. Tapi, berkat ke-SMART-an yang dianugerahkan Tuhan itu, aku bisa move on dengan cepat. Aku gak ngabisin waktu buat nangis, ngelamun, apalagi sampai depresi. Aku cuma butuh sedikit waktu untuk paham. Untuk mengerti kalau gak semua kisah cinta akan berujung pada jodoh. Om Mario aja pernah bilang di salah satu quote, sebagian besar pacar kamu adalah calon mantan. Jadi wajar dong kalau putus.

Dengan berakhirnya kisahku, barangkali Tuhan sudah menyiapkan seseorang yang lebih baik dan lebih tepat. Dan dengan merelakan, berarti aku tengah membuka kesempatan untuk hatiku menerima cinta yang lebih pas dan pantas. Jadi, patah hati bukan berarti akhir, tho? Tapi malah awal dari sebuah cerita perjalanan yang baru.

Ini caraku yang paling elegan menyikapi patah hati. You know what? Saat itu aku ngerasa benar-benar cerdas dan bilang ke diri aku sendiri, “Wow, gak nyangka gua bisa sedewasa ini menyikapi masalah. Gak nyangka kalau ternyata move on itu gak sesusah yang orang-orang bilang. Kali aja, kurang SMART menyikapinya. Makanya susah."

Well, semoga tulisan ini bermanfaat. Semoga bisa membuat kita lebih SMART dalam menyikapi setiap masalah yang menghampiri. Tahu gak sih, SMART bukan cuma penting untuk menggaet nilai tertinggi di sekolah atau di kampus. Lebih dari itu, SMART adalah modal utama dalam belajar di universitas kehidupan. *wuidiih, bahasa gua*

So, selamat berjuang menjadi kita yang lebih SMART, dan lebiiiihhh SMART lagi. ^_^


3 komentar:

  1. Haloo, Emak Gaoel mampir ngecek-ngecek peserta.
    Terima kasih ya sudah ikut meramaikan Ultah Blog Emak Gaoel.
    Good luck! ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. monggo minum dulu, maak. :D
      semoga menaaaang.. aaamiiin.. \^o^/

      Hapus
  2. suka banget sama kalimat terakhir kakk ..
    "SMART adalah modal utama dalam belajar di universitas kehidupan."
    yuhuuu ..^^

    BalasHapus