Senin, 14 April 2014

RIP Item, Welcome Pinky

Bertahun-tahun memadu kasih, bermesraan hingga larut malam, saling mencintai dan saling membutuhkan. lebih kurang lima tahun kita menjalin hubungan, Tem. Dan itu bukan waktu yang singkat. Kita sudah melalui banyak aral melintang, kita sudah menikmati banyak senyum kebahagiaan bersama. Berdua. Lihat Tem, sudah berapa banyak naskah-naskah yang lahir dari kita berdua? dan ingatkah ketika kita lembur berhari-hari untuk menyelesaikan skripsi-ku? Lantas berkejaran dengan deadline untuk menyelesaikan tugas penulisan berita? Kemudian jam-jam yang kita habiskan untuk menyusun puluhan makalah, tugas kuliah, curhatan, atau sekedar ketikan-ketikan iseng? Terlalu banyak kenangan yang harus kusimpan rapi di ingatan. Kamu terlalu indah untuk sekedar kutumpuk di ruang arsip otakku. Percayalah, Tem, saat-saat bersamamu adalah quality time. Bersamamu, beragam cerpen kita ciptakan. Bahkan draft novel kita, Tem, selesai saat aku masih bersamamu.

Aku tidak menginginkan perpisahan ini, kau harus tahu. Jarak yang sempat memisahkan kita, tak sedikitpun membuat cintaku luruh. Aku mengerti, mereka juga membutuhkanmu, meski sekedar untuk main game saja. Yang aku tak paham, saat cinta kita semakin besar, kenapa kita justru harus terpisah? Huuaaaahhh... Aku benar-benar tak rela menyaksikan kamu yang sudah terkulai lemah di ruang kerja Arif, adikku. sudha menjadi partikel-partikel kecil. Yaah katanya sih mau diperbaiki, tapi kelihatannya, penyakit yang bersemayam di tubuhmu sudah kelewat parah, Tem. Arif, doktermu sudah tak mampu lagi menyelamatkan nyawamu. Bahkan semua data yang pernah kita selesaikan bersama. Semua raib seketika. Aku terpukul dengan kepergianmu, Tem. Sangat. Tapi aku tahu, aku tak mungkin terus meratap. Kamu juga pasti mau aku move on, kan? Kamu juga mau aku terus berkarya kan? Iya, Tem. Aku sudah move on, kok. :")

Well, Tem, kenalkan, partner baruku, Pinky. Body-nya sexy, warnanya elegan, dan kata mbak-mbak sales yang jual, si Pinky ini tahan banting. Semoga fisiknya lebih kuat dan lebih tangguh dari kamu ya, Tem. Tapi jangan khawatir, seperti apapun hubunganku dengan Pinky, aku gak bakal pernah lupa sama kamu. 30 Buku antologi plus satu skripsi menjadi bukti konkret cinta kita. Jadi takkan pernah posisimu di hatku digantikan.

Sekarang, perjalananku dengan Pinky dimulai. Ditandai dengan di postingnya blogpost ini, kami resmi menjadi partner yang insya Allah akan menghasilkan karya-karya bermanfaat. Selamat datang di hatiku, Pinky. Semoga kita bisa sejalan, searah, sehati, dan serasi. aku menyimpan banyak harap padamu, Pink. Salah satunya, kita harus bisa menyelesaikan draft novel yang tak selesai kukerjakan bersama Item. Agar Item tenang disana, kita harus menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

So, RIP, Tem. Welcome home, Pinky. :)

Kamis, 03 April 2014

Kau Lupa ; Aku Bisa Apa

Kembali, bukan karena aku lagi patah hati, atau depresi, atau apapun itu namanya. puisi ini sudah lama ada. tapi mungkin baru ditakdirkan nongol ke dunia maya hari ini. haha. enjoy it.
Kau Lupa ; Aku Bisa Apa

Selami biru matamu, buatku luruh dalam kaku
pun senyum yang kau simpul, mengulum luka dan sesal yang mengepul

Kita bukan lagi menjadi kita
Bersebab engkau memilihnya
Dia ; mengail hatimu yang lama semayami dadaku
Hingga buat kau lupa janji kelingking kita
Buat kau lupa aroma rindu saat kita masih padu
Ya, kau lupa ; aku bisa apa?
***

Aku tahu bakal banyak yang terkikik geli membacanya. jangankan kamu, aku aja ngakak sambil gegulingan nulisnya. Hahaha.. XD yaaah, aku kan memang bukan pujangga. wajar puisiku kayak curhatan anak esema. wkwkwkwk...

Anyway, sepanjang perjalananku yang berusaha mati-matian untuk jadi penulis, genre romantisme puisi memang paling susah nempel di gayaku. padahal udah berusaha ngecharge semangat nulis puisi dengan baca buku-buku sastra, main ke taman budaya, ketemu sastrawan-sastrawan keren sumatera utara. tapi hasilnya..... entahlah. kayaknya puisi memang bukan duniaku. -___-

Ini bukan satu-satunya puisi yang lahir dari tangan dekilku. Masih ada beberapa, tapi kok kayaknya tastenya masih juga hambar. kayak kurang garam gitu. hadeeehh. apa aku butuh guru privat ya? Hmm, kalo ada gurunya, pasti lebih enak belajarnya. apalagi kalo gurunya itu cakep. ups!

Nih, aku tampilin aja deh puisi selanjutnya. biar gak basi di lepi terus.

Aromamu

Baumu masih serupa dulu
saat aku dan kau minum es kelapa muda di tepi jalan
agaknya, kau masih memakai parfum yang sama
meski kini di sisimu orang yang berbeda
atau, justru hidungku yang mencium terlalu paku?
sampai semua terasa sepertimu, sampai baumu ada dimana-mana
pun saat aku bersamanya

Akh, kau harus mengganti pewangimu!
atau, aku akan pakai masker saja
demi hidungku, demi lelaki yang kini bersamaku
***

Cocok? tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.. -__-"

itu dulu lah ya. masih ada tiga lagi sih. tapi buat blogpost besok aja deh. haha.. XD