Selasa, 09 Januari 2018

THE LUXURY OF 27

Tahun ini kayaknya jadi tahun terakhir gue memampangkan usia gue di resolusi awal tahun. Gak nyangka kali, ternyata daku sudah se-(tua)-dewasa ini. Ya ampuuun. Time flies so fast yaa.. Hahahahahhaa. Pantesan belakangan ini kalo makan di cafe, waitres-nya kalo ngasi menu suka bilang, “pesan apa, Bu?” Hahahhahaaattsyiiim. *Lirik kanan kiri, benerin sikap. Ketawanya kelebaran.*

Kemarin pas di 1 Januari, tepatnya dimana postingan ini harusnya di-publish, aku sempat mikir mau bikin judul ‘The Glory Of 27’, tapi setelah ditimbang2, dan dipikir2, kayaknya judul itu terlalu dini untuk ditelurkan. Soalnya maknanya berat syekali. Jadi terpilihlah judul ini. Emang semewah apa sih? dibaca yak. Jangan berekspektasi terlalu tinggi. Aku sulit ditebak. Ingat kawan, hati perempuan sedalam mutiara di dasar lautan. :v

27.

Jeng. Jeng. Jeng jeng. *pake aplikasi dramatis di instagram*

Ini tahun paling mewah yang pernah ada dalam perayaan tahun baru versi aku. Paling mewah dan paling realistis, tepatnya.

Realistis
Jadi di tahun2 lalu, dan memang biasanya seperti itu, aku bakal tiup lilin dari beberapa tart yang berbeda, dan menerima beberapa kado dari orang yang berbeda2 pula. Biasanya malam tahun baru dihabiskan dengan nonton acara pergantian tahun di TV, atau jalan2 keluar lihat kembang api. Biasanya sih seperti itu. Pokoknya malam tahun baru itu spesial banget buat-ku yang notabene-nya gak cuma ngerayain tahun baru, tapi juga usia baru.

Tapi tahun ini,  berbeda. Mungkin disinilah letak realistis itu. Aku menghabiskan 31 Desember 2017 di rumah, tanpa sedikitpun tertarik buat nonton TV, apalagi keluar lihat kembang api. Aku sudah meluk guling jam setengah 10 malam, dan  nunggu ngantuk sambil main hp. Abis itu ketiduran, dan kemudian terbangun kembali dengan dering Hp. Bukan karena kembang api. Wkwkwk.

Habis nerima tepon dan mendengar doa2 panjang untuk hari ulang tahun-ku, terus nerima video pesta kembang api dan ucapan selamat ulang tahun juga masih dari orang yang sama, aku tidur lagi. Gak tertarik buat keluar atau minimal melongokkan kepala ke teras rumah demi melihat pesta kembang api yang bisingnya luar biasa itu. Pokoknya malam tahun baru-ku di 2018 ini amat sangat biasa. Gak ada bedanya dengan malam2 yang lain. Aku juga gak tau kenapa. -_-

Besok paginya, pas ngecek Hp, udah nemu puisi ucapan selamat ulang tahun lagi. Masih dari orang yang sama. Hehehe. Trus nerima tepon lagi, nanya kepingin jalan2 kemana. Doi tau banget aku cinta pantai dan langsung nawarin jalan ke pantai pas aku bingung mau kemana.

“Ke Pantai Bali kita?”

Tapi itulah ya. Aku kurang begitu excited sama tahun baru kali ini. Padahal tahun lalu seminggu sebelum hari H udah mempersiapkan plan A dan plan B buat menghabiskan 1 Januari di pantai. Kok tahun ini jadi males ya?

Disinilah aku merasa aku mulai lebih realistis. Aku memang suka pantai, tapi dengan segala pertimbangan, aku memilih untuk gak usah ke pantai deh h
ari ini. Pertimbangannya adalah, pantainya pasti sumpek, susah buat foto2. Terus badan masih lelah karena kemaren abis jalan2 ke Funland Mickie Holiday. *Mana tiketnya lagi melonjak banget pulak. Ehh, curcol.* Terus mikir perjalanan pulang pasti macet, soalnya tanggal 2 Januari anak2 udah masuk sekolah. Terus, rasanya semangat di jiwa sudah full charge. Udah nge-camp di Air Terjun Sampuran Putih, soalnya. Jadi rasanya kok mubazir ya kalo hari ini dipake buat jalan ke pantai lagi?

Finally, kita cuman beli kado yang mana kadonya itu adalah benda yang aku suka dan memang aku yang pilih. Hahahaha. Ini bukti ke-realistisan-ku yang kedua. Hahahha. Soalnya kemaren pernah kejadian dibeliin kado, tapi kurang pas, jadinya jarang dipake. Abis itu nolak buat beli tart, karena lagi gak pengen makan tart. Pertimbangannya, kalo beli tart, pasti dibeliin yang gede. Mahal, geng. Sayang aja uangnya. Mubazir. Sementara kan kita gak pengen2 amat makan tart. Enakan juga bebek penyet. Wkwkwkwkwk. Yaudah, kita makan bebek penyet sama belut. Ahhaha.. Enyaaakkk.. :D

Jadi tahun baru dan usia baru-ku kali ini adalah perayaan atau peringatan yang paling mewah menurutku. Kok mewah? Gak pake tart, gak pake jalan2, kok mewah? Karena realistis itu lebih mewah dari sekedar tiup lilin.

Jujur saja, menurutku yang mulai realistis ini, tart setiap ulang tahun itu hanya simbolis saja. Kadang2 abis tiup lilin, kuenya dipake buat cowel2. Terus dibagi2in ke temen2 deh. Sekarang ini rasanya kok jadi mubazir ya? *Apa karena aku sudah merasakan lelahnya cari duit? Padahal mah judulnya dibeliin.* Aku mikir, kalo mau bagi2 rezeky, mendingan kasih ke yang memang benar2 membutuhkan. Temen2 kita itu gak butuh makan tart kita. Mereka bisa beli sendiri kalo mereka mau. Mereka makan, karena kita kasih. Thats all.

Jadi, aku memutuskan untuk gak usah beli tart, diganti dengan bebek penyet sama belut itu udah tepat banget. Memilih sendiri kado untukku juga udah tepat banget. Menunda waktu untuk jalan ke pantai udah tepat banget. Bahkan mamaku yang gak nanyak2 mau apa, tetiba datang bawa serenteng anggur juga udah tepat banget.

“Ini kado ulang tahun,” kata mamak sambil menyodorkan anggur merah. Wkwkwkwk.

Ini sudah tepat.

Walopun ada pertanyaan, “tahun lalu kita rayain di pantai Romance Bay loh. Masak tahun ini kita gak kemana2? Harusnya malah tahun ini lebih istimewa. Harus ada peningkatan dari tahun lalu.”

Iya sih. Ada benarnya. Tapi menjadi cewek realistis macem aku ni juga udah istimewa loh. Kalo masih congok kek dulu, mungkin aku udah langsung mau diajakin ke Pantai Bali walopun masih capek. Nerima aja dibeliin tart walopun gak kepingin makan tart. Iya, cuma biar bisa tiup lilin di atas tart aja. Terus, gak mau bilang mau kado apa. Tapi sekalinya dikasi, kalopun gak pas, ya harus terima. Salah sendiri, gak mau milih langsung. Hahahahhaha.

Makanya walopun di 27 ini aku gak tiup lilin, aku merasa sudah sangat istimewa. 27-ku ini mewah. Aku menjadi perempuan realistis dengan pemikiran yang matang. *Hueekk.

Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan. Dan aku memilih men-dewasa, dan bijaksana. Karena aku tahu, untuk mendampingimu, gak cukup kalo cuma dengan modal (c)antik doang. *Hasseekkk* *Hueeekkk*

***

Resolusi 2018

Ngomong2 soal tahun baru, ada yang kurang rasanya kalo belum bikin resolusi. Seperti tahun2 sebelumnya, aku selalu bikin target apa aja yang harus dicapai selama satu tahun ke depan. Jadi untuk 2018 yang mewah, ini resolusiku.

Pertama. Menjadi hamba yang lebih taat. Sholat di awal waktu. Tidak lagi menunda2. Istiqomah menghapal. Puasa sunnah minimal 3 kali dalam satu bulan. Dan berusaha untuk rajin mengerjakan sholat dhuha. Semoga Allah teguhkan hati ini. Aamiin.

Kedua. Menikah. *Kalo dulu masih malu2 bikin resolusi menikah, tahun ini mulai blak2an. Udah kepengen gendong baby soalnya. Wkwkwkwk* Aku gak mau lagi sibuk mencari yang sempurna, karena tiap kali nyari yang sempurna, selalu berakhir kecewa. Gimana nggak kecewa, kita ekspektasi tinggi mulu, tapi gak menyadari bahwa kita pun banyak kurangnya. Padahal harusnya gak serumit ini seandainya ingat sama pesannya eyang Habibie. “Tidak perlu mencari yang sempurna. Cukup temukan seseorang yang membuatmu merasa lebih berarti dari apapun.”

Aku jadi teringat tulisan Muallim Irhas, seniorku di LPM Dinamika UIN SU, dulu. Dia pernah nulis, perempuan yang menunggu jodoh itu ibarat sedang menunggu angkot pas mau berangkat ngampus. Lima menit menunggu, datang angkot yang jalannya pelan. Gak di stop. Takut telat. Sepuluh menit kemudian, datang angkot yang agak cepat, tapi penumpangnya rame. Gak di stop. Malas sempit2an. Lima belas menit kemudian, datang lagi angkot ketiga. Jalannya cepat, penumpangnya gak banyak, tapi angkotnya jelek. Butut. Gak di stop lagi. Mau cari yang bagus aja. Berselang dua puluh menit kemudian, datang lagi angkot ke empat. Cepat, lapang, bagus. Pas di stop, angkotnya gak berhenti. Gak tau kenapa. Sambil ngedumel, si cewek nunggu lagi. Setengah jam kemudian, saat kaki udah pegel, dan waktu udah mepet, lewatlah satu angkot lagi. Lambat, padat, butut. Mau tak mau, suka tak suka, angkot tadi pun di stop.

Ekspektasi si cewek, karena dia keluar dari rumah lebih cepat, dia akan bisa menumpang angkot yang jalannya cepat, tidak terlalu padat, dan bagus. Tapi sekian menit nunggu gak ketemu2. Nah sekalinya ketemu, si angkot gak mau di stop. Ini bisa jadi analogi, orang yang dimata kita sempurna, dan kita anggap sepadan dan cocok untuk mendampingi kita, belum tentu berpendapat sama. Bisa jadi dia merasa dia terlalu sempurna untuk kita yang biasa2 saja. Nah, karena usia yang sudah merambat banyak, jadinya kita gak bisa lagi memilih yang ada di kriteria kita. Kita melewatkan mereka yang tadinya harusnya bisa memenuhi beberapa poin dari kriteria kita. Jadilah pada akhirnya si cewek menumpang angkot yang jalannya lambat, isinya padat, dan tampilannya butut. Tak lagi bisa memilih.

Ketika kita menolak lamaran seorang lelaki yang baik. Baik agamanya, baik perangainya. Maka itu sama artinya dengan menolak rezeky. Aku gak mau lagi nolak rezeky. Nanti Allah marah. Jadi, walaopun nama abang bukan Rezeky, tapi gak bakal ditolak kok. Hahahahhaha. *Curhat lagii*

Ketiga. Jadi dosen. Aku kepingin punya pengalaman mendidik mahasiswa. Selain itu, mamak bolak balik nanyak, kapan jadi dosen. Jadi terbeban awak. -_-“

Keempat. Tahun baru 2019, pengen ke Sabang. Honeymoon. Wkwkwkwwkkw.

Kelima. 2018 no sarkasme. Tahun ini harus bijaksana menempatkan bahasa. Gak lagi menyinggung perasaan orang lain. No ghibah. No fitnah. Berusaha menarik diri dari obrolan tak berfaedah.

Keenam. Eksis nge-blog lagi. Satu bulan minimal 3 postingan.

Ketujuh. Pengen langsing. Efek liburan, makannya sehat banget, istirahatnya cukup banget, refreshingnya seru banget, badan jadi melebar semena2. Jadi 2018 punya target untuk mengembalikan berat badan seperti semula. Kembali ke 49 kilo. Mudah2an terlaksana. Mudah2an gak diajakin makan bebek penyet lagi. Mudah2an bisa nahan selera makan bakso. Aamiin.

Itu aja deh resolusinya. Sedikit, tapi terlaksana lebih baik daripada banyak tapi cuman teori saja. Hehehe.


Semoga resolusi kita semua tercapai dengan baik di tahun 2018 ini yaa.. Aamiin.. Semangat untuk kita semuaa.. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar