Selasa, 14 April 2020

UNTOLD STORY BETWEEN US III


Semoga saja bawaan hamil yang bikin makin cinta sama suami ini adalah hal yang lumrah. Cius deh ya, kalo ada yang malah pas hamil jijay banget ngeliat suami, atau gak suka sama aroma badan suami, itu bertentangan banget sama aku yang justru pengen nemplok mulu. Sampek karena nge-fans-nya, aku nulis blogpost ini udah sampek bagian ketiga. Hihihi..

Baca sebelumya disini yaa...



Jadi pasca ditembak sekaligus dilamarnya aku saat itu sama blio, hari-hari semakin cerah, makin kinclong, merona, dan sebagainya. Hahaha. Namanya juga orang lagi kasmaran ya, dunia serasa milik berdua, yang lain nyewa. Wkwk. Aku menjalani hari-hari makin semangat. Termasuk ngerjain tesis. Harus berjuang biar selesai karena gak mungkin nikah kalo studi belum tuntas. Apa kata dunia?
Jadi saat itu adalah masa aku mulai menggarap proposal. Rajin ke kampus buat bimbingan. Dan mau nggak mau, kalo kita jalan, aku pasti bawa ransel berisi laptop dan bahan tesis buat nyambi ngerjain. Sampek suatu ketika, dia sama sekali gak kugubris saking seriusnya ngetik. Soalnya kejar target, kan harus revisi sebelum bimbingan lanjutan. Jadilah dia cuman tepelongo ngeliatin aku. Mau bantu gak ada yang bisa dibantu. Mau pulang, gak mungkin. Kalo ingat-ingat itu, kasian awak. Hahahaha.

Alhamdulillah, segala perjuangan kita, ya, aku dan blio (kalo gak disemangati aku gak bakal termotivasi buat ngerjain) berbuah manis. Akhirnya aku seminar hasil dan wisuda. Alhamdulillah yaa.. Sesuatu.. Wisuda pasca sarjana adalah moment terbaik di tahun 2017. Gak terbilang lagi gimana lelahnya, berpeluh, ber-air mata, sampek sesak napas untuk menyelesaikan studi pasca sarjana ini ya Allah. Bukan kacang-kacang perjuangan nii. Syukur tiada banding lah pokoknya pas akhirnya bisa dapat gelar Magister Manajemen. Bangga kalii, wak. Si babang pun jugak. Cerita tentang wisuda dan segala perjuangannya ini pernah kutulis disini


Ini bagian keduanya,


Kayaknya aku kalo nulis kebiasaan pake part-part gitu ya. Baru nyadar. -__-

Anyway, dengan tuntasnya munaqosah maka saatnya memikirkan munakahat. Haseeeekk. Tapi pemirsa, dunia tak seindah negeri dongeng. Hidupku bukan bak ibu peri yang bisa mendapatkan apapun yang kuinginkan dengan mudah. Segalanya butuh perjuangan berdara-darah.

Si babang mulai nanya kapan bisa datang ke rumah. Ecek2nya mau jumpa mamak lah ni, ngelamar gitcu. Hehe. Tapi apa daya, saat itu kami belum mengantongi restu. Ibuku belum memberikan lampu hijau dengan berbagai pertimbangan. Bahkan saking gimana2nya, blio selalu berusaha nyariin aku jodoh dari anak2 kawannya. Sumpah berasa gak laku kali ambo.
-_-“

Sampai akhirnya munajat kita di sepertiga malam diijabah Allah. Si babang minta tolong orang tua kita di sekolah buat ketemu papa. Daaann eng ing eng.. mereka langsung melakukan ritual meresek. Tau meresek kan? Itu loh cakap2 tentang gimana2nya waktu pesta, soal dana, soal waktu, dan sebagainya. Itu kejadiannya di bulan Februari, dan tanggal 25 Maret 2018 kita melangsungkan prosesi lamaran. Secepat itu? Iyap, secepat itu. Aku berkhusnudzon, setiap segala sesuatu yang Allah mudahkan berarti semoga Allah ridho dengan itu.

Tentang lamaran ini sudah kutulis disini


Sambungannya tentang pernikahan juga sudah rilis,


Begitulah hidup ya... Kita gak pernah tahu apa yang bakal terjadi di depan. Bahkan kalaupun bisa, aku gak kepingin tau. Aku lebih suka diberikan kejutan2. Biarlah semua berjalan sesuai porosnya. Allah sesuai dengan prasangka hambaNya, maka berkhusnudzon saja.

Aku tidak pernah terbayang akan menikah dengan mas suami, meskipun dulu kami pernah sangat dekat. Mungkin blio juga gak pernah mengira bahwa jodohnya adalah aku. Kita bahkan pernah ber-haha hihi dengan bilang,

“Kalo kita jumpanya dulu, mas udah SMP, adek masih pake singlet dan kolor aja, maen2 paret. Gak mau mas keknya sama adek.”

“Iya ya mas, adek juga keknya gak mau. Masak iya jodohnya uwak2. Hahahahahaa.”

Alhamdulillah kini, hampir dua tahun sudah kita bersama. Dedek bayi dalem perut juga sudah menyapa dunia. Dia kami beri nama Gerhana Al Zhafran. Setelah menjadi seorang istri, kini menjadi seorang ibu pula. Fabiayyi ‘aala irobbiku tukadzibaan.

Semoga setiap pernikahan diberkahi Allah, dilimpahi keberkahan, cinta kasih, dan kebahagiaan. Aamiin. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar